Senin, 22 Oktober 2018

Asep Diden (menulis kembali dan sedikit mencantumkan pemahaman buku muhammad iqbal, rekonstruksi pemikiran religius islam).


1
Pengetahuan[1] dan Pengalaman[2] Religius[3]

Apakah cirin dan setruktur umum dari alam semesta yang kita tingali ini ? adakah unsur yang permanen dalam susunan alam semesta ini ? bagai mana berhubungan dengan nya ? tempat apakah yg kita hini ini, dan sikap macam apakah yang sesuai ditempat ug kita huni ini.   Pertanyan semacan ini kata beliau umum di dalam sebuah agama dan filsafat. Sebagai mana tema buku ini (rekontruksi pemikiran religius dalam islam) beliau menurut saya  memang seorang filusuf yang koheren sekali yang mana beliau memaparkan argumentasi-argumentasi atau materi-materinya sesuai dengan tema (buku ini)  yang dibuat nya. Seperti biasa para filusuf memparkan argumen nya di awali dengan pertanyaan kemudian dia yg menjawab pertanyan nya sendiri. Tak jauh yang dilakukan muhammad iqbal ini  pemaparanya di awali dengan pertanyaan.
Didalam paragrap yang kedua muhammad iqbal masih mempertanyakan sesuatu yang ingin ia paparkan, dengan  diawali paparan mengeani agama yg jauh lebih tingi daro pada sastra, yang bergerak dari indipidu ke sosial lalu iqbal mengatakan: mungkinkah metode filsafat yang sepenuhnya rasional terhadap agama[4]?

Filsafat itu semangat penyelidikan, ia selalu mergukan segala bentuk otoritas[5]. Pungsinya mengeledah asumsi-asumsi yang tidak keritis dari pemikiran manusia hinga ketempat-tempat persembunyianya. Dalam upaya itu ia bsa berakhir dengan penolakan atau penerimaan secara jujur tentang ketidak mampuan akal murni untuk mengapai realitas tertingi. setelah memparkan filsafat kemudian beliau memaparkan agama, menurut hemat saya, beliau bermaksud untuk memaparkan hasil pemikiran dan penelitian serta penyelidikanya nya mengenai agama, melalui filsafat. Dengan hasi beliau menerima agama. Dengan rasionalisasi ia menjelaskan intisari agama yaitu iman.

Iman bukan hanya sekedar perasaan, ia mempunyai kandungan semacam kognitif[6], agama menunjukan bahwa gagasan adalah unsur vital dalam agama. Terlepas dari hal ini agama dari segi dokrinya, sebagai mana didepinisikan oleh propesor whitehead[7] adalah “sistem kebenaran-kebenaran umum yang berpengaruh mentransportasikan karakter manusia apa bila di pegang teguh dengan tulus dan dipahami dengan jeli”   

Nah, karena teransformasi[8] dan bimbingan batiniah dan lahiriyah manusia adalah tujuan hakeki agama, maka jelas kebenaran-kebenaran umum yang dikandung nya harus tidak lagi dipersoalkan. Dilihat dari pungsi nya agama lebih membutuhkan landasan-landasan rasional ketimbang dogma sain. Di dalam paragrap ini beliau merasionaisasikan pendapat wehatehed dan menjas bahwa agama sangat membutuhkan landasan rasional.     
            Agama hampirtidak pernah mengabaikan untuk menari rekonsiliasi[9] berbaga pertentangan dari seatu pengalaman dan pembenaran terhadap lingkungan tempat umat manusia menemukan dirinya. Itulah sebanya fropesor wethed dengan cermat mengatakan bahwa “jaman kimanan adalah jaman rasionalisme” namun merasionalkan iman bukan berarti mengangpag filsafat lebih unggul dari agama. Tidak perlu diragukan lagi bahwa seunguhnya filsafat memang mempunyai wewenagng untuk menilai agama, tapi objek yang dinilai nya bersikap sedemikian rupa sehinga ia tidak akan takluk pada wewenagn filsafat kecual dalam bingkai agama itu sendiri. Manakala filsafat menialai gama, filsafat takbisa menemukan agama dalam posisi yang lebih rendah diantara data yang dimilikinya. Muhammad iqbal mengemukakan keagungan agama di bading dengan filsafat meski filsafat mempunyai wewenang menilaunya.  
            Agama bukan lah masaah yang terpisah-pisah, iya bukan pikiran atau perasaan, bahkan bukan pula tindakan, agama adalah ungkapan manusaia secara utuh.  dengan demkian filsafat harus mengakui posisi sentral[10] agama dan tidak ada pilihan lian keuali harus meyakuinya sebagai titik pusat dalam peroses sintesis-reflektif.  Pada dasarnya pikiran dan intuisi itu salig bertentangan. Keduanya munul dari akar yang sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu memahami realitas sepoton-sepotong, sementara yang lain memhaminya keseluruhan. Yang satu memusatkan pandangan nya pada realitas yang sifatnya kekal. Sementara yang lain pada aspek yang sementara. Yang satu membiarkan kenikmatan tentang keseluruhan realitas, yang lain bertujuan melintasi keseluruhan itu dengan berlahan-lahan memasuki dan mendekati berbagai maam dari keseluruhan berbagai maam dari keseluruhan itu guna melakukan pengijauan semata-mata keduanya saling membutuhkan untuk peremajaan bersama. Akal dan intuisi menari visi-visi mengenai realitas yang sama, yang menyikapkan dirinya pada keduanya sesuai dalam pungi masing masing dalam kehidupan. Muhammad iqbal dari paragrap ini sangat jelas beliau membedakan antara akal dan intuisi dengan rasionalisai nya yang begitu rasional. Hal ini perlu kita juga perhatikan bahwa bertapa banyak orang yang tak bisa membedakan antara akal dan intuisi namu muhammad ikbal dan brogson memaparkan nya sedemikian rupa.

            Paaran landasan rasional dalam islam bisa diangap bermula dari nabi muhammad sawdngan tanda kata muhammad iqbal beliau selalu memanjatkan do’a “ tuhan, sigkapkanlah padaku hakikat tertingi segala sesuatu” iya memperlhatkan pada sitem gagasan yang koherensesuatu semangant pengabdian yang tulus terhadap kebenaran. Didalam paragrap ini iqbal mengungkapkan bahwa oran pertama kali dalam islam yang mempunyai landaan rasional nabi kita sendiri dibuktikan melalui doa’nya yang diatas di kemukakan. Kemudian ia memujinya, selajut nya muhammad iqbal menunjukan kekaburan kepda pemikir muslim yang di pengaruho oleh filsafat yunani, muslim memang memperluas pemahamahaman agamanya dengan mengunakan filsafat yunani akan tetapi menurut muhammad iqbal justru mepersempit pikiran muslim.

            Paragrap ini menjawab paragrap sebelumnya, iya merasionalisasikan bahwa ara pandang yunani (filsafat) dan peribadi umat muslim seharunya dibedakan karena pada dasarnya mengang berbeda. Barat (sccrates) Menyatakan bahwa memuatkan perhatianya kepada alam manusia semata menurutnya kajian yang tepat mengenai manusia adalah manusia itu sendiribukan lama di sekitar nya, sangat berbeda dengan wahyu tuhan muslm (al-quran) tuhan kita menyuruh untuk memeperhatikan alam, semisal perubahan angain terus-menerus, pergantian siang dan malam, langit dan bintang-bintang. Hal ini dengan tepat sekali menurut hemat saya, bahwa beliau memang benar-benar merekontruksi pemikiran muslim. Sangat jelas sekali terlihat kesalahan-kesalahan pemikir-pemikir masa lampau yang merasionalisasikan agama mengunakan filsafat yunani didasarkan teori-teorinyan yang apa bila kita perhatikan sangat bersebrangan dengan firman tuhan.   
          
            Pelato sebagai murid scrates memandang rendah penycapaian indrawi, sangat bedebeda dengn pandangan al-quran yang memandang pendengaran dan penglihatan sebagai anugrah yg paling berharga, dan keduanya akan di minta pertangung jawaban atas apa yang di lakukan didunua. Hal inilah yang luput dari sarjana muslim, mengkaji al-quran denan pandanan yunani. Seangat al-quran pada dasarnya anti kelasik (hemat saya, sebagai wahyu terakhir memang sangat selaras sekali, karean yg dibutuhkan bukan masa lalu tapi masa yang berlansung/sekarang).
           
            Para pemikir asy’ariah[11] yang lebih knstruktif[12], tidak diragukan lagi, telah berada di jalur yang benar danberhasil mengantisipasi munculnya beberapa bentuk idealisme[13] yang lebih moderen, tetapi, secara keselurhan. Selurug gerakan asy’ariah hanyalah memepertahanka pendapat ortodok[14] dengan mengunakan senjata dialektika yunani. Kaum mutajlah[15] dengan memakai agama semata mata sebagai sekumpulan dokrin dan mengabaikan agama sebagai pakta yang hidup, sama sekali acuh-takacuh terhadap modus-modus nonkonseptual dalam mendekati realitas dan mereduksi agama sekedar sebagai knsep-konsep yang berujung pada sikap melulu negatif. Mereka gagal melihat bahwa dalam ranah pengetahuan baik saintifik maupun religius pemikiran yang sepenuh nya bebas dari pengalaman kongkret adalah tidak mungkin.                                 
            Memang, kita tidak bisa mengingkari bahwa misi al-ghazli nyaris seperti pembawa pesan sui sebagai mana yang dilakukan imanuel kant[16] di jeman pada abad 18. Di jerman rasionalisme munul sebagai sekutu agama, namun dengan cepat menyadari bahwa sisi dogmatis agama tak mampu memberi pembuktian.satu-stunya jalan yang masih terbuka bagi rasionalisme[17] menghapus dogma dari ajaran sucinya. Bersama dengan penghapusan dogma itu maka munuolah pandangan moralitas[18] utilitarian[19].  Dan dengan demikian rasionalisme turut melengkapi kekuasaan kekupuran.   
            Demikian lah pemikiran teologis ketika kan muncul. Karyanya. Critique of pure reason (keritik atas akal murni), telah menguak keterbatasan-keterbatasan akal manusia dan mencciptakan seluruh kamu rasionalis menjadi tumpuikan puing-puing. Dan pastilah bila dia dilukiskan sebagai karunia terbesartuhan bagi negrinya. Bagai manapun sekeptisme filosofis al-ghozali, yang melangkah terlalu jauh, pada dasarnya telah berlaku sama didunia islam dalam meretakan pungung rasionalisme yang angkuh tetapi dangkal yang kala itu bergerak kearah yang sama seperti rasionalisme jerman sebelum kant.
            Namun, sunguhpun begitu, ada perbedaan penting antara al-ghajali dan kant. Kan, selaras dengan perinsip-perinsipnya sendiri tidak mampu mengafirmasi kemungkinan pngetahuan tentang tuhan. Al-ghazali[20], setelah tidak menemuan harapan pada pemikiran analitis[21], beralihlah kepengalaman mistik dan disitulah dia menemukan kandungan gama yang independen. Dengan jalan inilah ia menjamin hakhidup agama, yang terpisah dari ilmu pengetahuan dan metapisika namun, penyingkapan sang maha takterbatas melalui pengalaman mistik meykinkan al-ghazali akan keterbatasan dan ketakandalan pikiram manusia dalam menghasilkan klonklusi yang memuaskan, dan hal ini mendorongnya antara pikiran dan mistik. Al-ghazali gagal memahami bahwa pikiran dan intuisi berhubungan secara arganis; bahwa pikiran niscaya mensimulasi keterbatasan  dan ketakandalan dalam memberikan konklusi yang memsukan karena pertalianya dengan waktu sebagai rangaian saat-saat yang berurutan (seril time)               
              Ggasan yang menyatakanbahwa pikiran pada dasarnya terbatas, sehinga diangap tidak mampu menjangkau yang takterbatas, adalah berdasarkan pada pandagan yang keliru tentang gerak pikiran dalam pengetahuan. Adalah ketidak mampuan pemahan logika yang menemukan tercerai bereainya beragam indipiduolaitas yang saling bertolak belakang yang meragukan kita pada kemampuan pikiran enghasilkan klonklusi yang memuaskan. Padahal, pemahan logikalah yang tidak mampu melihat keserbaragaman itu sebagai sewatu semesta yang kheren,  lantarn metode tunggal nya iyalah generaliasi yang bersandar pada beberapa keserupaan. Generaliasi- generaliasi yang ditelurkanya smata-mata merupakan kesatuan-kesatuan  palsu yang tidak akan mempengaruhi realitas hal-hal yang kronkrit.  

            Bagai manapun dalam geraknya yang lebih jelek, pikiran mampu menjukau yang maha takterbatas yang imanen, yang didalam gerakan penyingkapan-dirinya itu bermacam konsep terbatas menjadi momen-momen belaka, maka menurut hakikatnya pikiran itu tidak setatis[22], ia dinamis[23] dan menyikap ketidak terbatasan. Internal nya dalam waktu, laksana benih yang sejak semula didalam dirinya terkandung kesatuan organik sebuah pohon sebagai pakta yang hadir. Oleh krena itu pikira adalah keseluruhan  penyikapan diri yang dinamis. Yang tertangkap oleh penglihatan temporel[24] sebagai rangkaian sesipikasi tertentu yang tidak dapat dipahami kecuai dengan tujuan yang timbal balik. Maka rangkaian sepesipikasi tertentu yang tidak terletak pada identitas diri mereka, melaikan pada keseluruhan yang lebih beasr dimana mereka ilyalah aspek-aspek sepesiifik[25], keseluruhan yanglebih besar itu jika kita mau mengunakan metafora al-quran, ialah sejenis loh al-mahfuzh (kitab yang terpelihara)[26] yang menampung seluruh kemungkinan pengetahuan yang belum terdeterminasi sebagai realitas yang hadir, lalu menyikapkan dalam urutan-urutan waktu sebagai rangkaian konsep terbatas yang terus menjelma untuk mencapai kesatuan yang sudah sejak lama hadir didalam tiap-tiap diri mereka. Pada hakikat nya kehadiran total sangmaha takterbatas daalam gerakan pengetahuanlah yang membuat berpikir terbatas itu mungkin adanya.        

            Baik kant maupun al-Ghazali telah gagal melihat bahwa pikiran, saat bertindak mengetahui, sebenarnya sudah melewati keterbatasannya sendiri. Keterbatasan – keterbatasan Alam bersifat saling menafikan. Tapi tidak demikian halnya dengan keterbatasan pikiran, yang dalam watak sejatinya, tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam lingkaran sempit individualitasnya sendiri.  Dalam dunia lus yang terbentang di depanya itu tidak ada sesuatu yang asing baginya. Melalui partisipasi progresif dalam kehidupan yang tampak asing itulah maka pikiran dapat menembus dinding – dinding keterbatasannya dan memasuki ketidakterbatasan potensialnya. Gerak pikiran menjadi mungkin karena adanya kehadiran implicit dari sang tak terbatas dalam individualitasnya yang terbatas, yang terus mengobarkan nyala hasrat dan mempertahankannya dalam pencarian yang tidak berkesudahan. Adalah keliru menyangka pikiran sebagai tidak mampu menghasilkan kesimpulan, lantaran pikiran juga, dengan caranya sendiri, merupakan sapaan dari terbatas dengan sang Tak Terbatas.
            Selama 500 tahun terakhir pemikiran religious dalam islam praktis berjalan di tempat. Padahal dahulu pemikiran Eropa menerima inspirasi dari dunia Islam. Bagaimanapun, fenomena sejarah modern yang paling menarik ialah pesatnya dunia islam bergerak secara spiritual ke arah
 Barat. Tak ada yang salah dengan pergerakan ini, sebab kebudayaan Eropa, dari segi intelektualnya, hanyalah merupakan perkembangan lanjutan dari beberapa fase terpenting kebudayaan Islam. Kekhawatiran kita hanyalah bahwa sisi luar kebudayaan Eropa yang mempesona itu dapat menjerat langkah kita sehingga mungkin saja kita gagal meraih sisi batinnya. Senyampang beberapa abad kita dalam kelelapan intelektiual, Eropa berpikir tentang masalah masalah besar yang sejak dahulu  telah pula menarik perhatian para filsuf dan sarjana Muslim. Sejak Abad – abad pertengahan, manakala aliran – aliran teologi Islam sudah utuh, pikiran dan pengalaman manusia telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Jangkauan penguasaan manusian atas alam membuahkan kepercayaanbaru dan perasaan superior atas daya-daya yang membentuk lingkungannya.Sudut – sudut pandang baru dikemukakan, masalah – masalah lama diutarakan ulang sejalan dengan hasil – hasil pengalaman baru, dan persoalan-persoalan baru muncul kepermukaan. Intelek manusia tampak seolah olah tumbuh melebihi kategori – kategori dasarnya sendiri-waktu, ruang, dan kausalitas.
            Bersama dengan kemajuan pemikiran saintifik, konsep kita tentang kemampuan berpikir manusia juga mengalami perubahan.[27] Teori ensten telah membawa konsepsi baru tentang alam semesta dan membuka jalan-jalan baru dalam melihat masalah masalah yang lazim dalam agama maupun filsafat. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa angkatan muda Islam di Asian dan Afrika menghendaki suatu orientasi baru tentang keimanan mereka.
            Oleh karena itu, berbarengan dengan kebangkitan kembali Islam, kita perlu menguji ulang, dengan jiwa yang mandiri, apa yang sebetulnya sudah dipikirkan Eropa dan sampai kemana kesimpulan-kesimpulan yang telah di capainya bisa membantu kita mengadakan revisi, dan jika perlu, rekontruksi terhadap pemikiran teologis dalam Islam. Disamping itu, orang tak mungkin menutup mata dari propaganda anti-agama secara umum dan anti-Islam secara khusus di Asia Tengah yang sekarang sudah melintasi perbatasan India. Beberapa pemuka gerakan ini terlahir sebagai Muslim. Salah seorang di antara mereka adalah Tevfik Fakret, Penyair turki yang meninggal beberapa waktu yang lalu,[28] yang melangkah jauh hingga menggunakan penyair-pemikir besar kita, Mirza Abdul Qadir Bedil dari Akbarabad, untuk tujuan – tujuan gerakan ini. Sungguh tepat waktunya bagi kita untuk melihat asas-asas Islam. Dalam kuliah – kuliah ini saya bermaksud mengarungi pembahasan filosofis ihwal beberapa gagasan pokok Islam, dengan harapan sekurang – kurangnya upaya ini bisa membantu mengajukan pemahaman yang tepat tentang makna islam sebagai pesan untuk kemanusiaan. Juga dalam rangka memberikan semacam garis besar utama untuk pembahasan lebih lanjut, saya mengusulkan dalam kuliah pendahuluan ini untuk meninjau karakter pengetahuan dan pengalaman religius.
            Tujuan pokok Al-Qur’an adalah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia terkait berbagai relasinya dengan Tuhan da alam semesta. Aspek pokok ajaran Al-Qur’an inilah yang menyebabkan Goethe, tatkala memberikan tinjauan umum soal Islam sebagai kekuatan yang mendidik, berkata kepada : “Lihatlah bagaimana ajaran ini (Islam) tidah pernah gagal, dengan segala system yang ada pada kita, kita tidak dapat melangkah, dan secara umum kita bisa mengatakan, tidak seorang pun yang dapat melangkah lebbih jauh dari itu.”[29]
            Problem Islam sesungguhnya di pengaruhi oleh adanya saling tolak, dan di saat yang sama, saling tarik yang ditimbulkan oleh dua kekuatan : agama dan peradaban. Problem yang sama di hadapi oleh Kristen masa awal. Maksud besar agama Kristen adalah mencari kandungan kehidupan spiritual independen yang, menurut wawasan pendiriannya, dapat ditingkatkan melalui daya daya alam diluar jiwa manusia melainkan oleh pengngkapan alam baru di dalam jiwanya. Islam sepenuhnya setuju dengan wawasan ini dan melengkapinya dengan wawasan yang lebih jauh bahwa pancaran cahaya alam baru yang tersingkap itu bukanlah sesuatu yang asing bagi dunia materi tetapi benar benar merasukinya dari ujung ke ujung.
            Dengan demikian, peneguhan ruh yang di cari oleh agam Kristen bukan dicapi dengan menolak daya daya eksternal yang telah dirasuki iluminasi ruh, melainkan melalui penyesuaian hubungan manusia dengan berbagai daya tersebut, selaras dengan cahaya yang diterimanya dari dunia batin. Sentuhan misterius dari yang ideal-lah yang menghidupkan dan menopang sesuatu yang nyata (the real), dan hanya lewat perantaranya kita dapat menemukan dan meneguhkan yang ideal. Di dalam Islam, sisi yang ideal dan yang real bukanlah dua daya berlawanan yang tidak dapat di damaikan. Kehidupan yang ideal tidak terdiri atas pemutusan total dengan yang real hingga bisa menghancurkan keseluruhan organic kehidupan menjadi pertentangan – pertentangan yang perih. Kehidupan ideal terdiri atas upaya tiada akhir dari yang ideal untuk mengatur yang real dengan tujuan yang akhir penyerapannya, mengubahnya menjadi dirinya sendiri dan menyinari keseluruhan wujudnya. Pertentangan tajam antara subjek dan objek, antar yang bersifat matematis di luar diri dan yang biologis di dalam, merupaka sesuatu yang telah mencirikan ajaran Kristen. Sebaliknya, Islam menghadapi pertentangan itu dengan maksud mengatasinya.     
            Perbedaan pokok dalam melihat relasi fundamental ini menetukan sikap masing – masing agama besar terhadap problem kehidupan manusia dalam lingkungannya saat ini. Yang ideal dan yang real sama sama menuntut peneguhan diri spiritual di dalam manusia. Bedanya, Islam, dengan mengakui hubungan langsung antara yang ideal dan yang real, mengatakan ‘ya’ pada dunia materi[30] dan menunjukan jalan untuk menguasainya dengan maksud menemukan landasan bagi pengaturan hidup yang realistis.
            Selanjutmya, bagaimanakah karakter alam semesta yang kita tempati ini menurut Al-Qur’an? Pertama tama, alam semesta di ciptakan untuk tujuan main main.
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya dengan bermain main. Kami tidak menciptakan keduannya itu melainkan dengan haq; tetapi kebanyakan mereka tidak memahami. (Qs. Al-Dukhan [44] :38-39).[31] 

            Alam semesta ini adalah realitas yang harus direnungkan :
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam dan siang, terdapat tanda tanda bagia orang orang yang berakal. Mereka mengingat Tuhan ketika berdiri, duduk, berbaring serta merenungkan penciptaan langit dan bumi, itu seraya berkata : Ya Tuhan kami! Tidaklah Engkau menciptakan hal ini dengan sia sia.”(Qs. Ali’imran [3] :190-191)

            Lalu alam semesta disusun sedemikian rupa sehingga ia mampu berkembang
 Dia (Allah) menambahkan kepada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. (Qs Fathir [35] : 1)[32]   

            Alam semesta bukanlah hal yanga kedap, produk yang sudah selesai, yang tidak bergerak dan tidak berubah. Jauh dalam wujudnya yang paling dalam, mungkin, tersimpan impian akan sebuah kelahiran baru :
Katakan Jelajahilah bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan itu, Kemudian Allah menjadikannya ciptaan lain.(Qs. Al-Ankabut[29]:20)

            Sebenarnya ayunan dan tarikan alam semesta yang penuh rahasia ini, peredaran zaman yang diam diam menjelma di depan kita, umat manusia ini, sebagai peredaran siang dan malam, dipndang oleh Al- Qur’an sebagai tanda tanda yang paling agung atas keberadaan Tuhan;
Tuhan memutarkan peredaran siang dan malam, di situlah terdapat pelajaran bagi mereka yang luas pandangannya.(Qs. Al-Nur [24:4-4)

            Inilah mengapa Nabi Muhammad SAW bersabda :”janganlah memaki waktu, karena waktu adalah Tuhan.” Keagungan waktu dan ruang inilah yang membawa janji penaklukan oleh manusia yang tugasnya merenungkan tanda tanda Allah, dan dengan demikian menemukan cara cara merealisasikan penguasaanya atas alam sebagai fakta actual;

Tidakkah kalian meliihat bahwa Tuhan telah menundukan bagi kalian segala yang ada di langit dan bumi dan ia telah menyempurnakan untuk kalian karunia-Nya yang lahir dan batin (Qs. Lukman [31:20)

Dan Dialah yang telah menundukan bagian malam dan siang, matahari dan bulan dan juga bintang – bintang telah ditundukkan untuk mu atas perintah-Nya . Disitulah terhadap suatu tanda bagi mereka yang berakal(Qs. Anhl [16 :12)

            Jika demikian sifat dan janji alam tersebut, bagaimanakah cirri manusia yang berhadapan dengannya dari segala seginya? Dilengkapi dengan berbagai daya paling serasi yang saling menyesuaikan, manusia menemukan dirinyajauh dibawah neraca kehidupan, dikelilingi dari segala penjuru oleh berbagai kekuatan penghalang.

Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang seindah indahnya; kemudian kami menurunkan kembali ketingkat yang serendah rendahnya.(Qs. At-tin [95];4-5)

            Lalu bagaimanakah kita menjumpainya dilingkungan Alam seperti ini? Seosok makhluk yang gelisah [33] yang hanyut dalam cita citanya sampai melupakan segalanya yang mampu menyakiti dirinya dalam upaya mencari ruang ruang baru ekspresi diri. Dengan segala kekurangannya itu, manusia masih lebih tinggi dari Alam selagi ia membawa amanah agung dalam dirinya yang dalam ungkapan Al-Quran , langit dan bumi pun enggan memikulnya.

Kamilah yang menawarkan amanah itu kepada langit dan bumi, serta gunung gunung. Tetapi mereka enggan memikul dan takut menerimanya . Maka manusialah yang memikulnya ; tetapi ia memang zalim dan bodoh (Qs. Al- Ahzab [33;72)

            Sudah tentu riwayat hidup manusia memiliki awal, namun ia mungkin ditakdirkan menjadi unsure permanen dalam susunan wujud :

Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan  begitu saja? Bukankah ia berasal dari setitik mani yang di pancarkan (kedalam rahim)/ kemudian ia menjadi segumpal darah, lalu dibentuk dan di sempurnakanlah ia. Lalu dijadikan ia oleh-Nya sepasang sepasang alkia laki dan perempuan bukankah Tuhan yang mampu menghidupkan mayat mayat.(Qs. AL-Qiyamah[7;36-40)

            Ketika ditarik oleh daya-daya sekitarnya, manusia sanggup membentuk dan mengarahkan mereka; saat dihempaskan, dia mampu membangun dunia yang lebih luas di dalam batinnya sendiri, tempat dimana dia menemukan sumber-sumber kegembiraan ddan inspirasi yang tiada terhingga. Nasibnya memang berat dan wujudnya memang lemah, laksana setangkai daun mawar, tapi tak ada sosok realitas yang begitu kuat, begitu menginspirasi, dan begitu indah seperti ruh manusia! Maka itu, pada wujud manusia yang paling dalam, seperti yang digambarkan pada Al-Qur’an, ada aktifitas kreatif, sebuah ruh yang membumbung tinggi, bergerak maju, bangkit dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.

Maka seungguhnya Aku (Allah) bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan Demi malamdan apa yang disekubungnya. Dan demi bulan bila sedang purnama, sesungguhnya pasti kalian akan melalui dari satu tingkat ketingkat yang lain (an-Insyiqoq[84]16-19)

            Sudah nasib manusia untuk mengambil bagian cita- cita yang lebih dalam dari alam sekitarnya dan membentuk nasibnya sendiri sebagaimana juga nasib alam semesta, dengan terus menyesuaikan diri dengan daya daya alam dan mengerahkan seluruh energinya guna memola segenap daya itu untuk kepentingan dan tujuannnya sendiri. Dalam proses perubahaan yang progresif ini, Tuhan menjadi “rekan kerja” manusia, asalkan manusia mengambil inisiatifnya:

            Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib seatu kaum, sehingga mereka mengubah nasib mereka sendiri. (Ar-Rad [13]:11)

                                                                                                                             Jika manusia tidak mengambil inisiatif, tidak mau mengembangkan kekayaan batinnya, berhenti merasakan dorongan di dalamnya untuk menunjukkan kehidupan, maka ruh di dalam dirinya akan mengeras membatu dan derajatnya terperosok sampai ketingkat benda mati. Namun demikian, hidup dan kemajuan ruh nya itu tergantung pada terbangunnya hubungan – hubungan dengan realitas dihadapannya.[34] Pengetahuanlah yang membangun hubungan- hubungan itu, dan pengetahuan merupakan pengindraan yang dijabarkan oleh pemahaman.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirmankepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikanseorang khalifah dimuka bumi, ‘ mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan  Engkau”Tuhan berfirman : sesungguhnya aku mengetahui apa yang tida kamu ketahu.”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya.kemudian mengemukakanya kepadapara  malaika lalu berfirma : “sebutkanlah kepada ku nama nama benda itu jika kamu memang orang orang yang benar!’ mereka menjawab : Maha Suci Engkau , tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah Ynag Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirma : Hai Adam, beritahukanlah kepada meereka nama nama benda ini” Makla setelah diberitahukannya kepada mereka nama nama benda itu.” Allah berfirma : Bukankah sudah ku katakana kepada mu bahwa sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetaui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (Qs. Al-Baqarah [2]:30-33)
                                                                                                                            
Maka ayat ayat di atas adalah bahwa manusia di anugrahi kemampuan menamai benda – benda, yaitu bentuk konsep konsep. Dan membentuj konsep konsep berarti menangkap mereka. Jadi, sifat pengetahuan manusia ialah konseptual. Dengan bersenjatakan pengetahuan konseptual inilah, manusia mendekati aspek Realitas yang bisa di amati. Ciri khas yang patut dicatat dari Al –Qur’an adalah penekanannya pada aspek realitas yang bisa di amati. Izinkan saya mengutip beberapa ayat dari Al –Qur’an berikut ini:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bhtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) –nya dan Dia sebarkann di bumi ini segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, Sungguh terdapat tanda tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memahami (akal).(Qs. Al-Baqarah [2]:164)
Dan diialah yang menjadikan bintang bintang bagi mu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan didarat dan dilaut. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda tanda kebesaran kami, kepada orang orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Dan sesungguhnya telah kami jelaskan tanda tanda kebesaran kami kepada orang orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lau kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh tumbuhan , maka kami keluarkan dari tumbuh tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai tangkai yang menjulai, dan kebun kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanbuahnya diwaktu pohonya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangan. Sesungguhnya yang pada demikian itu ada tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi orang orang yang beriman. (Qs. Al-Anam [6] :97-99)
Apakah kamu tiadak memperhatukan (penciptaan) Tuhanmu , bagaiman Dia memanjangkan dan memendakkan baying baying dab kalau Dian menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap baying baying itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagaipetunjuk atas baying baying itu. Kemudia kamimenarik baying baying itu kepada kami dengan tarikan yangperlahan lahan. (Qs. Al- Furqan[25];45-45)
                                                                                                                             Tidakkah mereka lihat , bagaiman unta itu diciptakan? Ke arah langit, bagaiman aditinggikan? Kearah gunung gunung, bagaimana ditegakkan? Kearah bumi, adanya berbagia bahan danwarna kulit . di dalam semua itu terdapat tanda tanda bagi mereka yang berpengetahuan. 9Qs, Al-Rum[30];22)

            Tak diragukan lagibahwa tujuan langsung AL-Quran dari pengamatan reflektif terhadap Ala mini adalah membangkitkan kesadaran manusia bahwa Alam itu symbol. Tetapi, poin yang harus diperhatikan ialah sikap umum AL-Quran yang empiris guna menanamkan perasaan hormat dalam diri pengikutnya terhadap yang actual dan puncaknya mebuat mereka menjadi penemu penemu sains modern. Memang tujuan agungnya ialah membangkitkan semangat empiris manusiadi zaman yang telah menafikan niali dari kenyataan yang tampak dalam usaha mencari Tuhan.
            Menurut AL Quran, seperti yang telah disebutkan, alam semesta ini mempunyai satu tujuan yang sangat serius. Beragam aktualitasnyab yang terus bergeser memaksa wujud kita memasuki formasi formasi baru . upaya intelektual mengatasi rintangan rintangan alam, disamping memeperkaya dan menguatkan hidup, juga mem,pertajam pandangan kita, dan dengan demikian mempersiapkan kita lebih untuk mahir menyelami segi segi pengalaman manusia yanglebih subtil. Hubungan reflektif kita debngan benda benda temporal itulah yang melatih kita memperoleh visi intelektual mengenai yang non tem[oral.REalitas hidup dalam tampilan tampilannya sendiri. Manusia yang harus memelihara hidupnya dalam lingkungan yang penuh halangan tidak bisa mengabaikan hal hal yang terlihat oleh mata.
            Al Quran membuka mata kita pada fakta agung perubahan, yang hanya dengan menghargai dan mengendalikannya kita bisa menegakkan peradaban yang berkelanjutan. Kebudayaan asia, dan sebenarnya kebudayaan seluruh zaman purba, telah mengalami kegagalan, sebab mereka mendekati realitas  semata mata dari dalam diri dan berpindah dari dalam menuju luar. Cara ini member mereka teori tanpa kekuatan, dan di atas pijakan teori semat tak ada peradaban berkelanjutan yang dapat ditegakkan.
            Tak Syak lagi, perlakuan terhadap pengalaman religius sebagai sumber pengetahuan ilahiah secara historis lebih dahulu ada dari pada perlakuan terhadap segenap bidang pengalamnan manusia lain untuk tujuan yang sama. Sembari mengakui bahwa sikap empiris adalah tahapan yang tak dapat disampingkan dalam kehidupan spiritual manusia. Al Quran menganggap semua bidang pengalam manusia sama pentingnya sebagai buah pemgetahuan tentang realitas tertinggi yang menyikapkan symbol  simbolnya di dalam dan di luar batin.
            Carav tidak langsung dalam berhubungan dengan realitas dihadapan kita ialah pengamatan dan pengendalian reflektif terhadap symbol simbolnya  ketika menyingkapkan dirinya dalam pengindraan sementara cara langsungnya ialah berhubungan dengan realitas tatkala menyikapkan dirinya di dalam batin. Naturalism Al Quran hanyalah pengakuan atas afakta bahwa manusia berkaitan dengan alam . kaitan ini, di pandang dari segi kemungkinannya sebagai cara mengendalikan daya daya alam., harus di manfaatkan bukan dengan niat jahat untuk mendominasi melainkan dengan niat luhur untuk mempercepat laju gerak kehidupan spiritual yang bebas. Dalam rangka mendapatkan visi lengkap tentang realitas maka cerapan inrawi harus diperkaya dengan apa yang oleh al quran disebut sebagai fuad atau qalbu yaitu hati.
            (Tuhanlah) yang mmebuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani) . kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh-Nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran , penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali besyukur. (Qs. Al-Sajdah [32] 7-9)
            Hati adalah sejenis intuisi atau wawasan batin dalam kata kata indah Rumi, hidup dari sinar matahari dan membawa kita bersentuhan dengan berb agai aspek realitas selain yang sudajhhterdedah bagi pencerapan indrawi. Menurut Al Quran , hati merupakan suatu yang melihat dan hasil penglihatanya jika ditafsirkan secara tepat tidak pernah salah. Tetapi kita tidak boleh menganggap sebagai kemampuan khusus yang misterius. Ia adalah sebenarnya modus hubungan denagn realitas dimana pengindraan, dalam artian fisiologisnya tidak beperan apapun. Jadi pemnadangan pengalaman yang terbentang dihadapan kita setelah itu sama riil dan konkret nya dengan pengalaman lainnya. Menggambarkannya sebagai bersifat piskis, mistik, atau supernatural tidak menguramgi nilainya sebagai pengalaman.
            Bagi manusia primitive semua pengalaman bersifat supernatural. Di dorong oleh kebutuhan kebutuhan primer hidup, dia terdesak menafsirkan pengalamnay, dan darintafsirannya ini berangsur angsur timbuk kata Alam dalam arti yang kita pahami . keseluruhan realitas , yangmemasuki kesadaran kita dan muncul dalam penafsiran sebagai fakta empiris, mempunyai cara cara lain untuk menjajah kesadaran kita dan menawarkan banyak peluang penafsiran. Literature wahyu dan mistik umat manusia memberikan bukti melimpah akan fakta bahwa pengalaman religius begitu berkelanjutan dan dominan dalam sejarah manusia sehingga terlampau sulit untuk begitu saja ditolak sebagai ilusi.
            Kelihatnya tidak ada alasan untuk menerima tingkat pengalaman normal manusia sebagai fakta dan menolak tingkat tingkat pengalaman lain sebagai mistik dan emosional. Fakta fakta pengalaman religius adalah bagian dari fakta fakta pengalaman manusia dan dalam kapasitas nya untuk menghasilkan pengetahuan melalui penafsiran, fakta yang satu setara bagusnya dengan fakta yang lainnya. Sepertinya juga tidak ada alasan untuk menduga bahwa penyelidikan kristis atas bidang pengalaman manusia ini sebagai sikap tak menghargai. Nabi Muhammad SAW adalah penyelidik kristis pertama terhadap gejala psikis. Imam Bhukari dan para perawi hadits lain telah memberikan keterangan yang jelas kepada kita tentang observasi Nabi Muhammad SAW terhadap masalah psikis pemuda Yahudi, Ibnu Sayyad. Saat pemuda itu dalam keadaan ekstatis, Nabi tertarik memperhatikannya.Nabi menguji menanyai, dan penyelidikannya dari berbagaib suasana batin (mood) pemuda tersebut. Sekali waktu nabi pernah bersembunyi disebalik batang pohon untuk mendengarkan komat kamit pemuda itu. Tetapi Ibu pemuda tersebut memberiyahukan bahawa Nabi ada didekat tempat itu. Kemudian pemuda itu pun segera mengubah sikapnya dan Nabi berkata : Andai ia (ibunya) membiarkan dirinya seorang diri , persoalan ini menjadi jelas . Beberapa orang diantara para sahabat nabi juga turut hadir ketika terjadi peristiwa pbsevasi psikologi pertama dalam sejarah islam ini. Bahkan para ahli hadits yang ealkangan, yang telah dengan hati hati sekali mencatat peristiwa penting itu, sama sekali salah paham akan betapa pentingnya sikap Nabi ini dan menafsirkannya menurut cara cara mereka sendiri yang polos.
            Prof. Macdonald, yang tampaknya tidak mengetahui perbedaan psikologis yang fundamental antara kesadaran mistik dan kesadaran profetis. Menganggap gambaran tersebut’cukup lucu’ seorang Nabi mencoba menyelidiki orang lain sesuai dengan metode yang ada dalam society for psychical research’. Apresiasi yang lebih baik tentang ruh Al-Quran seperti yang akan ditujukkan dalam pemaparan berikutnya. Yang sudah memprakarsai gerakan budaya yang berujung dengan lahirnya sikap empiris modern, boleh jadi yang mengarahkan sang professor melihat sesuatu yang sangat menarik dalam obsevasi Nabi terhadap keadaan psikis pemuda Yahudi tersebut. Tetapi, sungguhpun begitu, Muslim pertama yang dapat memahami maksud dan nilai tindakan Nabi itu adalah Ibnu Khaldun, yang mendekati kandungan kesadaran mistik dengan semangat yang lebih kristis dan nyaris sekali mencapai hipotesis modern tentang tentang diri diri sublime.
            Seperti yang dikatakan oleh prof. Macdonald, Ibnu Khaldun mempunyai gagasan gagasan psikologis yang sangat menarik dan kemungkinaa akan sangat sesuai dengan gagasan gagasan William James yang tertuang dalam Varieties of Religius Experience psikologi modern baru baru ini saja memahami arti penting studi yang akurat tentang kandungan kesadaran mistik, dan kita belum memiliki metode ilmiah yang efektif untuk menganalisis kandungan modus modus kesadaran non rasional. Dengan waktu yang saya miliki, tidaklah mungkin mengadakan penyelidikan yang meluas tentang sejarah serta berbagai tingkat kesadaran mistik dari segi kekayaan dan kecemerlangannya. Apa yang bisa saya lakukan hanyalah mengemukakan pengamatan secara umum seputar karakteristik-karakteristik utama pengalaman mistik.
1.         Butir pertama yang patut dicatat ialah bahwa pengalaman mistik bersifat langsung. Dalam hal ini ia tidak berbeda dengan tingkatan tingkatan pengalaman manusia lainnya yang memaspk data bagi pengetahuan. Semua pengalaman adalah langsung. Sebagai mana bidang bidang pengalaman yang normal tunduk pada penafsiran data indrawi demi memperoleh pengetahuan tentag dunia eksternal, begitu juga bidang pengalaman mistik tunduk pada interpretasi demi memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Kelangsungan pengalaman mistik berarti bahwa kita mengenal Tuhan sama seperti kita mengenal objek objek lain. Tuhan bukan lah entitas matematis atau system konsep konsep secara timbale balik berkaitan satu dengan lainnya dan tidak ada hubungannya dengan pengalamnnya.
2.         Butir kedua adalah bahwa keseluruhan pengalaman mistik tidak dapat dianalisis. Manakala saya mengalami meja di depan saya, data pengalaman yang tidak terhitung banyaknya menyelinap menjadi satu pengalaman saja, yaitu tentang meja tersebut. Dari sekian banyak data itu, saya memilih yang sesuai dengan tatanan ruang dan waktu tertentu dan membungkusnya dalam cuan atas meja. Dalam suasana mistik, sekaya dan secemerlang apapun ia, pikiran sudah direduksi ketitik terendah sehingga analisis tidak mungkin adanya. Namun, perbedaan suasana mistik dengan kesadaran suasana rasional ini biasanya tidak berarti terputus dengan kesadarn normal, sebagai,ana telah di kemukakan secara keliru oleh prof. William James. Suasana mistik dan kesadaran rasional berasal dari realitas yang sama yang sedang beroperasi kepada kita. Kesadaran rasional biasanya, dengan tujuan kebutuhan praktis kita untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekeliling, mengambil realitas itu secara sepotong sepotong., memilih secara berturut turut himpunan stimulus yang terpisah sebagai respons. Suasana mistik itu membawa kita berhubungan dengan saluran realitas total, dimana berbagai macam stimulus bercampur baur  antara satu dengan yang lain dan membentuk kesatuan yang tidak dapat di analisis sehingga tidak lagi perbedaan umum anatara subjek dan objek.
3.         Butir ketiga adalah bahwa bagi seorang mistiskus, suasana mistik merupakan momen persentuhan intim dengan diri lain yang unik, dalkam keadaan melampui, mencakupi, dan menekan sesaat keperibadian privat pelakupengalaman tersebut. Ditinjau dari kandungannya , suasana mistik sangat objektif sehingga tidak bisadianggap hanya sebagai undur diri dalam kabut subjektivitas murni. Tapi, anda akan bertanya ke[pada saya bagaimana pengalaman langsun g dnegan Tuhan, sebagai diri lain yang independen itu menjadi mungkin.fakta semata yang mengatakn bahwa keadaan mistik itu pasif pada akhirnya juga tidak bisa membuktika tentang ‘kekainan’m (otherness) dari diri yang dialami. Pertanyaan ini muncul dalam pikiran karena kita menduga, tanpa kritik, bahwa pengetahuan kita tentang dunia eksternal melalui cerapan indrawi merupakan tipe seluruh penegtahuan. Jika memang demikian, kita tidak akan dapat memastikan realitas diri kita sendiri. Walhasil, untuk menjawab itu, saya mengusulkan pemakaian analogi dari pengalaman sosial kita sehari hari. Bagaimanakah kita biasa mengenal pikiran pikiran orang lain dalam hubungan sosial kita? Jelas bahwa kita mengenal diri kita sendiri dan Alam masing masing dengan refleksi batin dan pengindaran. Kita memiliki indra untuk mengalami pikiran lain. Satu satunya dasar pengetahuan saya tentang wujud yang berkesadaran yang ada didepan saya, hanyalaah geraka gerakan fisik yang sama dengan gerakan gerakan fisik saya  sendiri, yang dari situlah saya mengambil kesimpulan adanya suatu wujud lain yang berkesadaran. Atau kita dapat menyatakan, berdasar pendapat prof. Royce, bahwa kawan kawan kita diketahui sebagai riil karena mereka merespon sinyal sinyal yang ada pada kita, dan dengan demikian secara teratur memasok pelengkap yang dibutuhkan bagi pemaknaan pemaknaan kita yang fragmentaris. Respons, tak ayal lagi, adalah ujian terhadap kehadiran diri yang berkesadaran . Al-Quran pun agaknya mengemukakan pendapat yang sama.
            Dan Tuhanmu berfirman :berdoalah kepadaku niscaya akan ku perkenankan bagimu. (Qs. Al-MUkminun[40]:60)
            Dan apabila hamba hambaku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah)  bahwasanya, Aku adalah dekat . Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada ku(Qs. Al-Baqarah [2];186)

            Jelaskan bahwa emntah kita pakai criteria fisik atau criteria non-fisik dan lebih memadai dari criteria Royce, hasilnya sama saja bahwa pengetahuan kita tentang pikiran orang lain masih bersifat inferensial belaka. Namun, begitu, kita merasa bahwa pengalaman kita tentang pikiran pikiran orang lain bersifat langsung dan tidak pernah menyiompan ragu ragu terhadap realitas pengalaman sosial kita. Tetapi, dalam taraf penyelidikan kita saat ini, saya tidak bermaksud membangun  di atas dasar implikasi implikasi pengetahuan  kita tentang pikiran pikiran orang lain, suatu argument idealistis untuk membuktikan realitas diri yang menyeluruh (comprehensive self). Saya hanya ingin menegaskan bahwa kelangsungan pengalaman kita dalam keadaan mistik bukanlah tanpa padanan. Keadaan mistk mempunyai beberapa kemiripan dengan pengalaman normal kita dan mungkin saja ia memilki kategori yang sama.
4.         Karena kualitas pengalaman mistik dialami langsung, maka jelas tidak dapat dikomunikasikan. Keadaan keadaan mistik lebih bersifat perasaan daripada pikiran. Penafsiran yang dihubungkandengan sang mistikus atau nabi terhadap kandungan kesadaran religius dapat disampaikan kepada pihak lain. Dalam bentuk proposisis- proposisi , namun kandungan keadaan mistik tidak dapat begitu saja dipindahkan. Maka itu, dalam ayat ayat berikut ini Al Quran memyampaikan psikologis keadaan mistik dan bukan kandungannya.
            Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu di wahyukan kepadanya dengan seizing-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagiMaha Bijaksana . (QS.asyura[42];51)

            Demi bintang ketika terbenam
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan pula tidak keliru
Dan yang diucapkannya itu All Quran bukanlah menurut kemauan hawa
Nafsunya.
A quran itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), Yang di ajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Yang mempunyai akal yang cerdas, dan jibril itu menampakan diri dengan rupa yang asli.
Sedang ia berada diufuk yang tinggi.
Kemudian dia mendekat , lalu bertambah dekat lagi
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejenak) dua ujung busur tanah atau lebih dekat (lagi)
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang telah Allah di wahyukan.
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnay
Maka apakah kamu (musrikin mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat  jibril itu(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.
(yaitu) di pohon sidrah dekat perbatasan.
Didekatnya adanya surge tempat tinggal
(Muhammad melihat jibril) ketika pohoin sidroh diliputi oleh sesuatu  yang meliputinya.
Penglihatnya(Muhammad)  tidak paling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampuinya.
Sesungguhnya ia telah melihat sebagian tanda tanda(kekuasaan) Tuhannya yang palin besar (QS,Al-Najm [53]:1-18)

            Ketakmungkinan pengkomunikasian pengalaman mistik itu lantaran fakta bahwa ia secara esensial adalah masalah perasaan yang tidak terucapkan, tak tersentuh olrh intelek diskursif. Namun, diperhatikan juga bahwa perasaan mistik, seperti semua jenis perasaan, juga memilki unsur kognitif. Saya meyakini karean bahwa adanya unsure kognitif inilah maka persaan mistik member kemungkinanuntuk diekspresikan kedalam ide. Memang menjadi sifat perasaan untuk mencari ekspresidalam pikiran.
Rupa rupa nya keduanya perasaan dan ide merupakan aspek aspek non temporal dan temporal dari satuan pengalaman batin yang sama. Tetapi dalam hal ini, saya tidak bisa melakukan yang lebih baik dari pada prof. hocking yang telah mengadakan studi yang kukuh dan penting tentang perasaan sehingga memberikan pandangan kebenaran pandangan intelektual mengenai kesadaran religius.
            Apa ini selain dari pada perasaan yang mungkin menjadi akhir dari perasaan? Saya jawab: kesadaran objek, perasaan adalah ketidak stabilan keseluruhan diri yang sadar, dan apa yang memulihkan stabilitas diri ini tidak terletak dalam dirinya melainkan diluarnya.perasaan adalah dorongan luar sebagaimana ide adalah laporan luar. Dan tak ada perasaan yang begitu buta sehingga ia tidak mempunyai ide akan objeknya sendiri. Tatkala perasaan menguasai pikiran, bersamaan dengan itu , sebagai bagian integral perasaan, terdapat pula sekelumit ide akan sesuatu yang bisa menghentikan perasaan tersebut . perasaan tanpa suatu tujuan adalah sma tidak mungkinnya dengan aktivitas tanpa arah dan arah mengimplikasikan sasaran. Memang ada tingkat tigkat kesadaran yang masih kabur dimana kita tampaknya samasekali tanpa arah,tapi beberapa kasus seperti itu, menariknya perasaan juga dalam keadaan menganggur  . sabaga contoh saya mungkin mengalami rasa pusing akibat suatu pukulan, apa mengerti apa yang terjadi dan tidak pula merasa sakit , namaun saya sadar bahwa sesuatu yang terjadi, pengalaman menunggu ewaktu di celah kesadaran tidak sebagi perasaan tapi murni fakta, sampai ide menyentuh dan menemukan arah tanggapan. Setelah itu barulah pukulan itu teasa menyakitkan. Jika kita benar, maka perasaan dan ide kita menjadi sama sama kesadaran objektif:ia selalu mengacu pada suatu diluar diri yang hadir dan tak memiliki eksistensi kecuali mengarahkan diri menju objek yang dengan kehadirannya perjalanan perasaan itu harus berakhir!.
            Demikianlah, anda lihat bahwa karena sifat esensial karena perasaan yang seperti itu, maka sekalipun agama dimulai dengan pertasaan, dalam sejarahnya ia tidakk pernah bmenampilkan dirinya semata mata sebagai masalah perasaan dan terus menerus mengupayakan metafisika. Celaan mistikus pada intelek sebagai organ pengetahuan sesungguhnya tidak menemukan justifikasi dalam sejarah agama. Tetapi pasase professor hocking yang baru kita kutip memilki lingkup yang lebih luas ketimbang sekedar member justifikasi tentang ide dalam agama. Hubungan organis antara ntra perasaan  dan ide menuntaskan pedeatan teologis lama tentang whyu velbal yang telah menimbulkan kegelisahan pemikir muslim. Perasaan yang takterucap memenuhi kodratnya dalam ide yang, pada giliranya, condong menampilkan dirinya dalam busana yang terlihat. Bukan sekedar metapora jika di katakan bahwa ide dan kata itu lahir serentak dari rahim perasaan, sekalipun pemahaman logis didak bisa tidak membawanya dalam urutan temporel dan karenanya  menimbulkan kesulitan tersendiri dengan anggapan bahwa ide dan kata saling berpisah. Padahal kata-kata /redaksi al-quran juga termasuk yang di wahyukan.          
5.         pertalian intim mistik dengan  realitas kekal yang memberinya kesan akan ketaknyataan waktu sebagai rangkaian saat-saat yang berurutan (serial time) bukan berarti keterputusan waktu dengan waktu serial. Meskipun untuk, pengalaman mistik bagai manapun tetap berhubungan dengan pengalaman umum. Ini tampak jelas dari fakta bahwa keadan mistik itu segera pudar, sesunguhnya iya meningalkan dnyut otoritas yang mendalam setelah berlalu. Baik mistikus ataupun nabi kembali kepada tingkat-tingkat pengalaman normal, seperti yang saa akan jelaskan nanti, tapi dengan perbedaan dengan kembalinya nabi ( ketingkat pengalaman normal) dipenuhi dengan tekad pengabdian yang tak terbatas pada umat manusia. Dengan demikian untuk tujuan –tujuan pengetahuan, willayah pengalamn mistik ini sama nyataya dengan pngalaman manusia lain dan tidak dapat dikesampingkan hanya lantaran pengalaman mistik itu tidak dapat dilcak balik kepada penycerapa indrawi. Dengan demikian pula tiak mungkin orang membuang nilai ruhani keadaan mistik dengan merincikankondisi-kondisi organik yang mendeterminasinya. Sekiranya postulat sikologi moderen tetang saling sengkarut antara tumbuh dan pikiran itu diangap benar, maka yetaplah tidak logis meremehan nilai keadaan mistik itu sebagai pengungkap kebenaran. Secara sikologis, semuatingkat pengalaman, apakah kantungan nya bersipat relijius atau tidak, sebenarnya dideterminasikan secara organik. Bentuk pikiran yang saintifik dan relijius sama-sama di determinasikan secrara organik. Penialian kita akan karya-karya jenius pada kenyataan nya samak sekali tidak ditentuka atau bahkan sedikit sekali dipengarusi apa yang dikatakan oleh ahli-ahli pisikologi berkenan kondisi-kondisi organiknya pembawaan twrtentu boleh jadi merupakan kondisi yang diperlukan bagai jenis penerimaan taua ilmu tertent tapi kondisi sebelim itu tidak bisa menyikap kebenaran utuh dasi sipat sesuatu yang diterimanya sebenarnyan, sebab akibat organik darikeadaan-keadaan mental kita tidak bersngkutan dengan keriteria yangkit apakai untuk memutuskan tingi rendahnya nilai keadaan-keadaan mental tersebut. Kata frop wiliemjams,
             Diaantara sekian banyak pisi dan pesan, sebagaiannya selalu saja konyol, diantara sekian banyak keadaan terans dan serangan kompusip sebagianya terlalu tak membuahkan perilaku dan karak teruntuk selalu diangap memiliki arti penting, apalagi sebagai sesuatu yang bersipat ilahiyah. Dalam sejarah mistisisme kersiten, maslah bagaimana  membedakan antraberbagai pesan dan pengalaman yang benar-nbenar mukjikjat ilahi dan sebagian ai yang merupakan tipuan setan yang justru membuat orang relijius tadi menjadi duakali lfat ahli neraka dari pada keadaan sebelumnya, senangtiasa sulit untuk dipecahkan. Dan membutuhkan kefaaran dan pengalam para pengendali kesadaran yang terbaik. Pada akhirnya, ini harus berujung denfan keriteria empirisisi kita: melalui buah nya kau mengrenalinya dan byian melalui akarnya \
            Masalah mistisisme keristen yang disindir propesor jams itu sesunguh nya adalah semua masalah mistissisme. Setan memang memasukan beragam pengalaman yang merasuki lingkaran kesadaran mistik. Seperti kita baa daam al-quran:
            Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak pula seorang nabi, melainkan apa bila iya mempiunyai seatu keinginan, setan pun memasukan godaan-godaan terhadap keinginan itu, alah menghilang kan apa yang di msukan setan itu, dan alah mengiatkan ayat-ayat nya, dan allah mahamenetahui dan maha bijaksana. (qs. Surah alhaj ayat 52).
            Dan dengan lenya[nya gangguan syean pada yang Ilahi itulah para pengikut Freud telah melakukan pelayanan yang tak terkia bag agama, meskipun terpaksa harus saya katakan bahwa teori pkok psikologi yang lebih baru ini baggi say atidak didukug oleh bukti yang tidak memadai.Kalau influs-influs liar kita merasuki mimpi-mimpi kita, atau d waktu lain ita tidak benar-benar menjadi diri sendiri, maka itu tudak berarti bahwa influs-influs itutrus terkungkung dalam semaam gudang barang rongsokan di belakang diri normal. Serangan sesekali influs-influs yang tertekan terhadap wilayah diri normal kitalebih cenderung memeperlihatkan kerunttuhan sesaat sistem respons kita yang biasanya ketimbng kehadiran kekal mereka dalam suatu sudt gelap pikiran kita. Alhasil, teori psikologi yang lebih baru itu ringkasnya sebagai berikut.  Selama peross pnyusunan kita dengan keadaan sekeliling, kita dihadapkan dengan berbagai macam rangsangan.Respons lajim kita terhadap rangsangan-rangasanagn ini berangsur-angsur masuk dalam suatu sistem yamg relatif tetap, terus menerus tumbuhh dalam kekompleksan melalui penyerapan sebagian influs dan penolakan sebagian lain yang idak sesuai denan sistem respons kita yang permanen. Influs yang tertolak itu susut ke dalam apa yang kita sebut “wilayah di luar kesadaran” Dari pikiran kita, dan disitula ia menunggu kesempatan untuk mendesakkan diri dan membalas dendam pada diri yang utama (focal slip). Infus-influs bawah sadar itu dapat mengganggu rencana-rencana aksi kita, merusak pikiran kita, membangun impian dan potensi kita, atau menyeret kita ke dalam bentuk-bentuk perilaku primitif yang sudah jauh ditinggalkan oleh peroses evolusi.
            Agama, menurut teori ini, adalah piksi murni yang diciptakan oleh implus-implus manusia yang tertolak dengan tujuan menemukan semacam dunia antah berantah agar bisa bergerak bebas tampa halangan menurutbya, kepercayan-kepercayaan, dan dogma-dogm agama tidak lebih dari pada teori-teori primitip tentang alam, yang dngan manusia berupaya memoles realitas dari keburukan elementlnya dan memajanganya sebagai seuatu yang lebih dekat dengan kehendak hati ketibag hal yang di benaran oleh pakta-pakta hidup yang ada.
             Bahwa ada agama dan corak-corak kesenian yang menyediakan jalan pelarian dari pakta-pakta hidup, tidak saya sangkal. Yang saya akan pertahan kan iyalah bahwa sifat itu tidaklah berlaku bagi semua agama. Takaya lagi, kepercayaan-kepercayan dan doga,dogma agama mempunyai ignifikan si meta fisik tapi jelas  sudah bahwa seluruh dogma dan kepercayaan itu bukan penapsiran-penapsiran dari data pengalam yang tunduk pada ilmu-ilmu Alam. Agama bukanlah kimia atau fiika yang mencari penjelasan alam dari sebab-akibat. Agama sebetul nya bertujuan menafsirkan suatu wilayah pengalaman manusia yang sama sekali berbeda, yakni pengalaman relgius yang datang nya tidak dapat direduksi menjadi data ssain yang mana pun. Bahkan, dalam hakkat nya, demi bersikap adil pada agama harus dikatakan bahwa agama menekan kan penting nya pengalaman kongkrit dalam kehidupan jauh sebelum sain melakukan nya. Komplik antara gama dan sain tidak terletak pada pakta bahwa yang satu didasarkan pada  pengalaman konkrit dan yang lain tidak. Keadaan nya sama-sama mencari pengalaman kongkrit sebagai titik berangkat. Komplik antara keduanya timbul karena adanya salah satu pengertian bahwa keduanya menafsirkan data pengalaman yang sama. Kita tau bahwa agama itu bertujuan mencapai ignifikasi nyata suatu ragam khusus pengalaman manusia.
            Tidakah pula munkin menyjabarkan kandungan kesadaran relogius dengan menimpakan seluruh masalah pada kerja implus seks. Kedua bentuk keadaran itu seksul dan religius konsep permusuhan, atau sepenuh nya berbeda satu dengan yang lain nya dari segi sifat, tujuan, dan jenis perbuatan yang di lahirkan. Sebenarnya, pada sewaktu tingkat gairah agama kita mengetahui realitas faktual diluar lingkaran sempit peribadi kita. Bagi seiang ahlo pisikologi, gaiirah agama itu niscaya tampak sebgai  kerja bawah sadar lantaran intensitas nya menguncangkan titik terdalam kita. Dalam semua pengetahuan terdpat unsur kegairahan, dan objek pengetahuan berolah atau kehilangan objektivitas  seuai naik turunya intensitas gairah. Itulah yang laing nyata bagai kita, yang mengerakan keseluruhan suasana keperibadian kita. Seperti dengan tegas dikatakan oleh propesor hocking.
Jika pada sewatu ketika seorang atau sonto tertimpa ebuah visi yang menyerap hidupnya dan hidup kita keberbagai galur baru, maka itu bisa terjadi hanya karena visi                    Itu memungkinkan jiwanya dimasuki invansi pemenuhan keabadian yang konkrit. Visi yang demikian itu sudah tentu juga berarti kesiapan bawah sadar da resonasi bawah sadar tapi perluasan sel-sel udara yang tidak terpakai tidak membuktikan bahwa kita berhenti menghirup udara luar justru sebaliknya.
Oleh karena itu, metode psikologi murni tidak dapat menjelaskan gairah agama sebagai suatu bentuk pengetahuan. Metode seperti itu pasti mengalami kegagalan dalam kasus psikologi mutakhir sebagaimana juga dalam kasus Loke dan Hume.
            Alhasil, perbincangan di atas tentu mengandung pertanyaan penting dalam benak anda. Pengalaman religius, yang telah saya coba pertahankan, pada dasarnya adalah tingkat perasaan yang memiliki segi kognitif, yang kandungannya tidak bisa dikomunikasikan dengan orang lain, keuali dalam bentuk penilaian. Sekarang, manakala penilaian yang diklaim sebagai penafsiran wilayah tertentu pengalaman manusia, yang tidak bisa saya akses, diletakan di depan saya untuk persetujuan saya, maka saya berhak bertanya, apakah yang menjadi jaminannya ? apakah kita mempunyai pengujian yang akan menyingkap kesahihannya ?
            Kalau pengalaman personal adalah satu-satunya dasar yang sama ini ada untuk menerima penilaian jenis ini, maka agama bakal menjai milik segelintir individu belaka. Beruntunglah kita memiliki beberapa pengujian yang tidak berbeda dengan yang diterapkan pada bentuk-bentuk pengetahuan lain. Inilah yang saya sebut sebagai pengujian intelektual dan pengujian pragmatis. Maksud saya dengan penujian intelektual ialah penafsiran kritis tanpa perasangka tentang pengalaman manusia pada umumnya untuk menjawab apakah penafsiran kita ini pada puncakya membawa kita ada relitas yang sewatak dengan realitas pengalaman yang religius. Pengujian pragmats menilai pengalaman religius berdasarkan hasil-hasilnya. Pengujian pertama dipakai oleh filusuf dan yang belakangan di pakai oleh nabi. Dalam kuliah selanjutnya saya akan menerapkan pengujian intelektual.


[1] Menurut kamus filsafat lorens bagas: Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan, gagasan, fakta, bayangan, konep, atau kebijakan). Semua kehadiran intensional objek dalam subjek. Istilah pengetahuan yang di ungkap oleh filosof (weigel)membedakan antara pengetahuan autentik dan inautentik . yang pertama berhubungan dengan pengetahuan ruhani batiniyah, dan hal-hal yang ekternal. Pengetahuan bisa didapat melalui indrawi dan ruhani, tingkat pengetahuan 1.pengetahuan pra ilmiyah dan ilmiyah 2. Pengetahuan esensial 3. Pengetahuan istimewa 4. Pengetahuan lansung 5. Pengetahuan indrawi.  teori pengetahuan a. Menkup baik penelitian-penelitian pisikologis tentang terjadinya pengetahuan dan hakikatnya maupun setudi keritis pengenai keahlian pengetahuan. b. Sama dengan setudi keritis mengenai pengetahuan.     
  
[2] Hal yang terlewati didalam kehidupan baik melalui indra ataupun intuisi dan berbagai hal yg berkaitan dengan manusia (exsternal maupun nternal)
[3] Pengembalian seperti semuala, menyusun (penggambaran) kembali. Kberarti kalau merekontruski. Melakukan rekontruksi 
[4] Ajaran yg membngbing mausia kearah yang baik di segala bidang kehidupan manusia 
[5] Menurut kbi otoritas adalah: hak melakukan idakan atau hak membuat pelaturan untuk memerintah orang lain.
[6] Kognitif: Berhubungan dengan atau melibatkan kognisi/berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris, kbbi. Sumber lain: kognitif adalah persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal) 
[7] Alfread north whitehead, (lahir di ramasgate, ken, ingris, 15 febuari 1861 meningal di temlat:citi-state, amerika serikat. 30 desember 1947  pada umur 860)  adalah seorang matematikawan ingris yang menjadi filusuf . ia menulis tetang aljabar, logika, dasar matematika, filusuf ilmu pengetahuan, fisika matafisika dan pendidikan.    
[8] Perubahan bentuk, sifat, fungsi dan sebagai nya. 
[9] Perbuatan memulihkan pershbatan pada keadan semula; perbuatan menyelsaikan perbedaan 
[10] Ditengah-tengah sekali kbbi
[11] asy’ariah adalah madhab teologi islam, yg disarkan kepada omam abdul haan a-asy’ari (w.324 h/936 m). asy’ariahmengabil dasar keyakinan nyan dari kullabiyah yaitu abu muhammad bin kullab dalam meyakini sifat-sifat allah. Kemudian mengedepankan akal (rasional) diatas tekstual ayat (nash) dalam memahami al-quran dan al-hadits. Wikipedia  
[12] Bersipat membina, memperbaiki, membangun. Kbbi 
[13] Aliran yang mementingkan akal dan merendahkan hal yang materi, istilah ini prtamama kali di ungkapkanoleh leibniz pada awal abad 18.
[14] Berpegang teguh pada peraturan dan ajaran rsmi,/berpandangan kuno. 
[15] (i’tazala anna: memisakan diri)  munil dari bahasa irak pada abad 2 h. Kelahiranya bermula dari tindakan wasil bin atha( 700-750), berpisah dari gurunya hasan al-basri karena perbedaan pendapat. Wiki pedia.   
[16] Imanuel kant, lahir di konigsbreg, kerajaan perusia, 22 apriil 1724 meningal di  konigsbreg, kerajaan prusia, 12 febuari 1804 pada umur 79, (kota itu sekarang bernama  kaliningrad di rusia) kebangsaan jerman, era filsafat abad ke-18, aliran, kantianisme filsafat pecerahan.  Kant ini memperngaruhi hampir semua filsafat barat. Wikipedia       
[17] Rasionalisme, adalah salah satu aliran filsafat, yang meyakini bahwa kebenaran itu harus didapat dengan rasional ( melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan pakta. Yang menentang kaum empirisme (kaum ini berpendapat bahwa kebenaran harys dudapat dengan indra/ pengalaman). Rasonalisme ini mempunuai kemiropan dengan golongan humanisme dan atheisme,       
[18] Segala sesuatau yang berhubungan denga etika atau sopan satun. kkbi
[19] Hanya mementingkan manfaat. kamus kbbi,id
[20] Abu muhammad bin muhammad al-ghozali ath-thusi asy-syafei’i (nama panjang nya ) lahir di thus iran pada 1058 / 450 H menngal di thus iran 1111 / 14 jmadil akhir 505 H; umur 52-53 tahun. Ia adalah seorang filosof muslm. 
[21] Yang bersifat analisi. kbbi
[22] Dalam keadaan diam, tidak berubah, kbbi
[23] Mudah menesuaikan. Kbbi
[24] Bersifat semetara. kbbi
[25] Bersifat khussus, kbbi
[26]  Lauh Mahfuzh (Arab:لَوْحٍ مَحْفُوظٍ) adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali. Diantaranya iyalah; Induk Kitab (أم الكتاب, Ummu al-Kitab), Kitab yang Terpelihara (كِتَابٍ مَّكْنُونٍ, Kitabbim Maknuun). pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),...(Al-Waaqi'ah, 56:78. Kitab yang Nyata (كِتَابٍ مُّبِينٍ, Kitabbim Mubiin). Kitab yang Nyata (كِتَابٍ مُّبِينٍ, Kitabbim Mubiin).  Gambaranya; Menurut syariat Islam, Allah telah mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh Mahfuzh, dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Baik berupa kisah nabi dan rasulazabyang menimpa suatu kaum, pengetahuan tentang wahyu para nabi dan rasul, tentang penciptaan alam semesta dan lain-lain. Sekalipun jika kita tidak melihat segala sesuatu, semua itu ada dalam Lauh Mahfuzh.
Wujud Lauh Mahfuz yang diyakini oleh para sahabat adalah sebidang papan atau tulang yang biasa ditulisi. Papan dan tulang itu hanya disebut lauh jika sudah ditulisi.
Lauh Mahfuzh akan kekal selamanya karena ia termasuk makhluk yang abadi, selain Lauh Mahfuzh makhluk abadi ada 'Arsysurganeraka dan lain-lain. Tempat para jin mencari berita; Allah telah menjadikan Lauh Mahfuzh ini sebagai tempat untuk menyimpan segala rahasia dilangit dan di bumi. Jin dari golongan setan akan berusaha untuk mencuri segala rahasia yang tertulis di dalamnya untuk menipu manusia. Disamping itu, mereka juga memiliki tujuan untuk memainkan aqidah manusia. Sebab itu Allah melarang manusia untuk mengetahui ramalan nasib, karena peramal itu dibantu oleh jin dan jin itu akan membisikkan hasil curian itu kedalam hati peramal. Jika ada setan yang berusaha mencuri berita, maka malaikat penjaga Luh Mahfuzh akan melemparkan bintang ke arah pencuri berita tersebut, pelemparan ini yang kadang-kadang kita lihat dengan adanya bintang jatuh atau meteor. dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (Al Hijr 16 – 18). Tidak banyak diketahui tentang Lauh Mahfuz dan para ulama jarang menjabarkannya dengan detail, karena ia adalah urusan alam ghaib/ rahasia Allah. Dalam Al-Quran pun, Luh Mahfuz di sebut secara sepintas saja, tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebagai contohnya dalam satu peristiwa yang amat bersejarah, ahli tafsir menyatakan Luh Mahfuz disebut berkaitan dengan Nuzul Al-Quran dari Luh Mahfuz ke Baitul Izzah (langit dunia) secara sekaligus yang terjadi dalam bulan Ramadhan. Sayaa ambil dari Wikipedia



7 TANDA CINTA

Ketika berbicara tentang cinta suatu hal yang tidak asing bagi kita sebagai manusia yang di lahirkan karna cinta. Jadi selayak nya manusi...