1
Apakah cirin dan setruktur umum dari alam semesta yang kita tingali
ini ? adakah unsur yang permanen dalam susunan alam semesta ini ? bagai mana
berhubungan dengan nya ? tempat apakah yg kita hini ini, dan sikap macam apakah
yang sesuai ditempat ug kita huni ini.
Pertanyan semacan ini kata beliau umum di dalam sebuah agama dan
filsafat. Sebagai mana tema buku ini (rekontruksi pemikiran religius dalam
islam) beliau menurut saya memang
seorang filusuf yang koheren sekali yang mana beliau memaparkan
argumentasi-argumentasi atau materi-materinya sesuai dengan tema (buku ini) yang dibuat nya. Seperti biasa para filusuf
memparkan argumen nya di awali dengan pertanyaan kemudian dia yg menjawab
pertanyan nya sendiri. Tak jauh yang dilakukan muhammad iqbal ini pemaparanya di awali dengan pertanyaan.
Didalam paragrap yang kedua muhammad
iqbal masih mempertanyakan sesuatu yang ingin ia paparkan, dengan diawali paparan mengeani agama yg jauh lebih
tingi daro pada sastra, yang bergerak dari indipidu ke sosial lalu iqbal
mengatakan: mungkinkah metode filsafat yang sepenuhnya rasional terhadap agama[4]?
Filsafat itu semangat penyelidikan, ia
selalu mergukan segala bentuk otoritas[5].
Pungsinya mengeledah asumsi-asumsi yang tidak keritis dari pemikiran manusia
hinga ketempat-tempat persembunyianya. Dalam upaya itu ia bsa berakhir dengan
penolakan atau penerimaan secara jujur tentang ketidak mampuan akal murni untuk
mengapai realitas tertingi. setelah memparkan filsafat kemudian beliau
memaparkan agama, menurut hemat saya, beliau bermaksud untuk memaparkan hasil
pemikiran dan penelitian serta penyelidikanya nya mengenai agama, melalui
filsafat. Dengan hasi beliau menerima agama. Dengan rasionalisasi ia
menjelaskan intisari agama yaitu iman.
Iman bukan hanya sekedar perasaan, ia
mempunyai kandungan semacam kognitif[6],
agama menunjukan bahwa gagasan adalah unsur vital dalam agama. Terlepas dari
hal ini agama dari segi dokrinya, sebagai mana didepinisikan oleh propesor
whitehead[7]
adalah “sistem kebenaran-kebenaran umum yang berpengaruh mentransportasikan
karakter manusia apa bila di pegang teguh dengan tulus dan dipahami dengan
jeli”
Nah, karena teransformasi[8]
dan bimbingan batiniah dan lahiriyah manusia adalah tujuan hakeki agama, maka
jelas kebenaran-kebenaran umum yang dikandung nya harus tidak lagi
dipersoalkan. Dilihat dari pungsi nya agama lebih membutuhkan landasan-landasan
rasional ketimbang dogma sain. Di dalam paragrap ini beliau merasionaisasikan
pendapat wehatehed dan menjas bahwa agama sangat membutuhkan landasan
rasional.
Agama hampirtidak pernah mengabaikan
untuk menari rekonsiliasi[9]
berbaga pertentangan dari seatu pengalaman dan pembenaran terhadap lingkungan
tempat umat manusia menemukan dirinya. Itulah sebanya fropesor wethed dengan
cermat mengatakan bahwa “jaman kimanan adalah jaman rasionalisme” namun
merasionalkan iman bukan berarti mengangpag filsafat lebih unggul dari agama. Tidak
perlu diragukan lagi bahwa seunguhnya filsafat memang mempunyai wewenagng untuk
menilai agama, tapi objek yang dinilai nya bersikap sedemikian rupa sehinga ia
tidak akan takluk pada wewenagn filsafat kecual dalam bingkai agama itu
sendiri. Manakala filsafat menialai gama, filsafat takbisa menemukan agama
dalam posisi yang lebih rendah diantara data yang dimilikinya. Muhammad iqbal
mengemukakan keagungan agama di bading dengan filsafat meski filsafat mempunyai
wewenang menilaunya.
Agama bukan lah masaah yang
terpisah-pisah, iya bukan pikiran atau perasaan, bahkan bukan pula tindakan,
agama adalah ungkapan manusaia secara utuh.
dengan demkian filsafat harus mengakui posisi sentral[10]
agama dan tidak ada pilihan lian keuali harus meyakuinya sebagai titik pusat
dalam peroses sintesis-reflektif. Pada
dasarnya pikiran dan intuisi itu salig bertentangan. Keduanya munul dari akar yang
sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu memahami realitas
sepoton-sepotong, sementara yang lain memhaminya keseluruhan. Yang satu
memusatkan pandangan nya pada realitas yang sifatnya kekal. Sementara yang lain
pada aspek yang sementara. Yang satu membiarkan kenikmatan tentang keseluruhan
realitas, yang lain bertujuan melintasi keseluruhan itu dengan berlahan-lahan
memasuki dan mendekati berbagai maam dari keseluruhan berbagai maam dari
keseluruhan itu guna melakukan pengijauan semata-mata keduanya saling
membutuhkan untuk peremajaan bersama. Akal dan intuisi menari visi-visi
mengenai realitas yang sama, yang menyikapkan dirinya pada keduanya sesuai
dalam pungi masing masing dalam kehidupan. Muhammad iqbal dari paragrap ini
sangat jelas beliau membedakan antara akal dan intuisi dengan rasionalisai nya
yang begitu rasional. Hal ini perlu kita juga perhatikan bahwa bertapa banyak
orang yang tak bisa membedakan antara akal dan intuisi namu muhammad ikbal dan
brogson memaparkan nya sedemikian rupa.
Paaran landasan rasional dalam islam
bisa diangap bermula dari nabi muhammad sawdngan tanda kata muhammad iqbal
beliau selalu memanjatkan do’a “ tuhan, sigkapkanlah padaku hakikat tertingi
segala sesuatu” iya memperlhatkan pada sitem gagasan yang koherensesuatu
semangant pengabdian yang tulus terhadap kebenaran. Didalam paragrap ini iqbal
mengungkapkan bahwa oran pertama kali dalam islam yang mempunyai landaan
rasional nabi kita sendiri dibuktikan melalui doa’nya yang diatas di kemukakan.
Kemudian ia memujinya, selajut nya muhammad iqbal menunjukan kekaburan kepda
pemikir muslim yang di pengaruho oleh filsafat yunani, muslim memang memperluas
pemahamahaman agamanya dengan mengunakan filsafat yunani akan tetapi menurut
muhammad iqbal justru mepersempit pikiran muslim.
Paragrap ini menjawab paragrap sebelumnya,
iya merasionalisasikan bahwa ara pandang yunani (filsafat) dan peribadi umat
muslim seharunya dibedakan karena pada dasarnya mengang berbeda. Barat
(sccrates) Menyatakan bahwa memuatkan perhatianya kepada alam manusia semata
menurutnya kajian yang tepat mengenai manusia adalah manusia itu sendiribukan
lama di sekitar nya, sangat berbeda dengan wahyu tuhan muslm (al-quran) tuhan
kita menyuruh untuk memeperhatikan alam, semisal perubahan angain
terus-menerus, pergantian siang dan malam, langit dan bintang-bintang. Hal ini
dengan tepat sekali menurut hemat saya, bahwa beliau memang benar-benar
merekontruksi pemikiran muslim. Sangat jelas sekali terlihat
kesalahan-kesalahan pemikir-pemikir masa lampau yang merasionalisasikan agama
mengunakan filsafat yunani didasarkan teori-teorinyan yang apa bila kita
perhatikan sangat bersebrangan dengan firman tuhan.
Pelato sebagai murid scrates
memandang rendah penycapaian indrawi, sangat bedebeda dengn pandangan al-quran
yang memandang pendengaran dan penglihatan sebagai anugrah yg paling berharga,
dan keduanya akan di minta pertangung jawaban atas apa yang di lakukan didunua.
Hal inilah yang luput dari sarjana muslim, mengkaji al-quran denan pandanan
yunani. Seangat al-quran pada dasarnya anti kelasik (hemat saya, sebagai wahyu
terakhir memang sangat selaras sekali, karean yg dibutuhkan bukan masa lalu
tapi masa yang berlansung/sekarang).
Para pemikir asy’ariah[11] yang
lebih knstruktif[12],
tidak diragukan lagi, telah berada di jalur yang benar danberhasil
mengantisipasi munculnya beberapa bentuk idealisme[13]
yang lebih moderen, tetapi, secara keselurhan. Selurug gerakan asy’ariah
hanyalah memepertahanka pendapat ortodok[14]
dengan mengunakan senjata dialektika yunani. Kaum mutajlah[15]
dengan memakai agama semata mata sebagai sekumpulan dokrin dan mengabaikan
agama sebagai pakta yang hidup, sama sekali acuh-takacuh terhadap modus-modus
nonkonseptual dalam mendekati realitas dan mereduksi agama sekedar sebagai knsep-konsep
yang berujung pada sikap melulu negatif. Mereka gagal melihat bahwa dalam ranah
pengetahuan baik saintifik maupun religius pemikiran yang sepenuh nya bebas
dari pengalaman kongkret adalah tidak mungkin.
Memang, kita tidak bisa
mengingkari bahwa misi al-ghazli nyaris seperti pembawa pesan sui sebagai mana
yang dilakukan imanuel kant[16]
di jeman pada abad 18. Di jerman rasionalisme munul sebagai sekutu agama, namun
dengan cepat menyadari bahwa sisi dogmatis agama tak mampu memberi
pembuktian.satu-stunya jalan yang masih terbuka bagi rasionalisme[17]
menghapus dogma dari ajaran sucinya. Bersama dengan penghapusan dogma itu maka
munuolah pandangan moralitas[18]
utilitarian[19]. Dan dengan demikian rasionalisme turut
melengkapi kekuasaan kekupuran.
Demikian lah pemikiran teologis
ketika kan muncul. Karyanya. Critique of pure reason (keritik atas akal murni),
telah menguak keterbatasan-keterbatasan akal manusia dan mencciptakan seluruh
kamu rasionalis menjadi tumpuikan puing-puing. Dan pastilah bila dia dilukiskan
sebagai karunia terbesartuhan bagi negrinya. Bagai manapun sekeptisme filosofis
al-ghozali, yang melangkah terlalu jauh, pada dasarnya telah berlaku sama
didunia islam dalam meretakan pungung rasionalisme yang angkuh tetapi dangkal
yang kala itu bergerak kearah yang sama seperti rasionalisme jerman sebelum
kant.
Namun, sunguhpun begitu, ada
perbedaan penting antara al-ghajali dan kant. Kan, selaras dengan
perinsip-perinsipnya sendiri tidak mampu mengafirmasi kemungkinan pngetahuan
tentang tuhan. Al-ghazali[20], setelah
tidak menemuan harapan pada pemikiran analitis[21],
beralihlah kepengalaman mistik dan disitulah dia menemukan kandungan gama yang
independen. Dengan jalan inilah ia menjamin hakhidup agama, yang terpisah dari
ilmu pengetahuan dan metapisika namun, penyingkapan sang maha takterbatas
melalui pengalaman mistik meykinkan al-ghazali akan keterbatasan dan
ketakandalan pikiram manusia dalam menghasilkan klonklusi yang memuaskan, dan
hal ini mendorongnya antara pikiran dan mistik. Al-ghazali gagal memahami bahwa
pikiran dan intuisi berhubungan secara arganis; bahwa pikiran niscaya
mensimulasi keterbatasan dan
ketakandalan dalam memberikan konklusi yang memsukan karena pertalianya dengan
waktu sebagai rangaian saat-saat yang berurutan (seril time)
Ggasan yang
menyatakanbahwa pikiran pada dasarnya terbatas, sehinga diangap tidak mampu
menjangkau yang takterbatas, adalah berdasarkan pada pandagan yang keliru
tentang gerak pikiran dalam pengetahuan. Adalah ketidak mampuan pemahan logika
yang menemukan tercerai bereainya beragam indipiduolaitas yang saling bertolak
belakang yang meragukan kita pada kemampuan pikiran enghasilkan klonklusi yang
memuaskan. Padahal, pemahan logikalah yang tidak mampu melihat keserbaragaman
itu sebagai sewatu semesta yang kheren,
lantarn metode tunggal nya iyalah generaliasi yang bersandar pada
beberapa keserupaan. Generaliasi- generaliasi yang ditelurkanya smata-mata
merupakan kesatuan-kesatuan palsu yang
tidak akan mempengaruhi realitas hal-hal yang kronkrit.
Bagai manapun dalam geraknya yang
lebih jelek, pikiran mampu menjukau yang maha takterbatas yang imanen, yang
didalam gerakan penyingkapan-dirinya itu bermacam konsep terbatas menjadi
momen-momen belaka, maka menurut hakikatnya pikiran itu tidak setatis[22], ia
dinamis[23]
dan menyikap ketidak terbatasan. Internal nya dalam waktu, laksana benih yang
sejak semula didalam dirinya terkandung kesatuan organik sebuah pohon sebagai
pakta yang hadir. Oleh krena itu pikira adalah keseluruhan penyikapan diri yang dinamis. Yang tertangkap
oleh penglihatan temporel[24]
sebagai rangkaian sesipikasi tertentu yang tidak dapat dipahami kecuai dengan
tujuan yang timbal balik. Maka rangkaian sepesipikasi tertentu yang tidak
terletak pada identitas diri mereka, melaikan pada keseluruhan yang lebih beasr
dimana mereka ilyalah aspek-aspek sepesiifik[25],
keseluruhan yanglebih besar itu jika kita mau mengunakan metafora al-quran,
ialah sejenis loh al-mahfuzh (kitab yang terpelihara)[26]
yang menampung seluruh kemungkinan pengetahuan yang belum terdeterminasi
sebagai realitas yang hadir, lalu menyikapkan dalam urutan-urutan waktu sebagai
rangkaian konsep terbatas yang terus menjelma untuk mencapai kesatuan yang
sudah sejak lama hadir didalam tiap-tiap diri mereka. Pada hakikat nya
kehadiran total sangmaha takterbatas daalam gerakan pengetahuanlah yang membuat
berpikir terbatas itu mungkin
adanya.
Baik kant maupun al-Ghazali telah gagal melihat bahwa
pikiran, saat bertindak mengetahui, sebenarnya sudah melewati keterbatasannya
sendiri. Keterbatasan – keterbatasan Alam bersifat saling menafikan. Tapi tidak
demikian halnya dengan keterbatasan pikiran, yang dalam watak sejatinya, tidak
bisa dibatasi dan dikurung dalam lingkaran sempit individualitasnya
sendiri. Dalam dunia lus yang terbentang
di depanya itu tidak ada sesuatu yang asing baginya. Melalui partisipasi
progresif dalam kehidupan yang tampak asing itulah maka pikiran dapat menembus
dinding – dinding keterbatasannya dan memasuki ketidakterbatasan potensialnya.
Gerak pikiran menjadi mungkin karena adanya kehadiran implicit dari sang tak
terbatas dalam individualitasnya yang terbatas, yang terus mengobarkan nyala
hasrat dan mempertahankannya dalam pencarian yang tidak berkesudahan. Adalah
keliru menyangka pikiran sebagai tidak mampu menghasilkan kesimpulan, lantaran
pikiran juga, dengan caranya sendiri, merupakan sapaan dari terbatas dengan
sang Tak Terbatas.
Selama 500 tahun terakhir pemikiran religious dalam islam
praktis berjalan di tempat. Padahal dahulu pemikiran Eropa menerima inspirasi
dari dunia Islam. Bagaimanapun, fenomena sejarah modern yang paling menarik
ialah pesatnya dunia islam bergerak secara spiritual ke arah
Barat. Tak ada yang salah dengan pergerakan
ini, sebab kebudayaan Eropa, dari segi intelektualnya, hanyalah merupakan
perkembangan lanjutan dari beberapa fase terpenting kebudayaan Islam.
Kekhawatiran kita hanyalah bahwa sisi luar kebudayaan Eropa yang mempesona itu
dapat menjerat langkah kita sehingga mungkin saja kita gagal meraih sisi
batinnya. Senyampang beberapa abad kita dalam kelelapan intelektiual, Eropa
berpikir tentang masalah masalah besar yang sejak dahulu telah pula menarik perhatian para filsuf dan
sarjana Muslim. Sejak Abad – abad pertengahan, manakala aliran – aliran teologi
Islam sudah utuh, pikiran dan pengalaman manusia telah mencapai kemajuan yang
luar biasa. Jangkauan penguasaan manusian atas alam membuahkan kepercayaanbaru
dan perasaan superior atas daya-daya yang membentuk lingkungannya.Sudut – sudut
pandang baru dikemukakan, masalah – masalah lama diutarakan ulang sejalan
dengan hasil – hasil pengalaman baru, dan persoalan-persoalan baru muncul
kepermukaan. Intelek manusia tampak seolah olah tumbuh melebihi kategori –
kategori dasarnya sendiri-waktu, ruang, dan kausalitas.
Bersama dengan kemajuan pemikiran saintifik, konsep kita
tentang kemampuan berpikir manusia juga mengalami perubahan.[27]
Teori ensten telah membawa konsepsi baru tentang alam semesta dan membuka
jalan-jalan baru dalam melihat masalah masalah yang lazim dalam agama maupun
filsafat. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa angkatan muda Islam di Asian dan
Afrika menghendaki suatu orientasi baru tentang keimanan mereka.
Oleh karena itu, berbarengan dengan kebangkitan kembali
Islam, kita perlu menguji ulang, dengan jiwa yang mandiri, apa yang sebetulnya
sudah dipikirkan Eropa dan sampai kemana kesimpulan-kesimpulan yang telah di
capainya bisa membantu kita mengadakan revisi, dan jika perlu, rekontruksi
terhadap pemikiran teologis dalam Islam. Disamping itu, orang tak mungkin
menutup mata dari propaganda anti-agama secara umum dan anti-Islam secara
khusus di Asia Tengah yang sekarang sudah melintasi perbatasan India. Beberapa
pemuka gerakan ini terlahir sebagai Muslim. Salah seorang di antara mereka
adalah Tevfik Fakret, Penyair turki yang meninggal beberapa waktu yang lalu,[28]
yang melangkah jauh hingga menggunakan penyair-pemikir besar kita, Mirza Abdul
Qadir Bedil dari Akbarabad, untuk tujuan – tujuan gerakan ini. Sungguh tepat
waktunya bagi kita untuk melihat asas-asas Islam. Dalam kuliah – kuliah ini
saya bermaksud mengarungi pembahasan filosofis ihwal beberapa gagasan pokok
Islam, dengan harapan sekurang – kurangnya upaya ini bisa membantu mengajukan
pemahaman yang tepat tentang makna islam sebagai pesan untuk kemanusiaan. Juga
dalam rangka memberikan semacam garis besar utama untuk pembahasan lebih
lanjut, saya mengusulkan dalam kuliah pendahuluan ini untuk meninjau karakter
pengetahuan dan pengalaman religius.
Tujuan pokok Al-Qur’an adalah membangkitkan kesadaran
yang lebih tinggi dalam diri manusia terkait berbagai relasinya dengan Tuhan da
alam semesta. Aspek pokok ajaran Al-Qur’an inilah yang menyebabkan Goethe,
tatkala memberikan tinjauan umum soal Islam sebagai kekuatan yang mendidik,
berkata kepada : “Lihatlah bagaimana ajaran ini (Islam) tidah pernah gagal,
dengan segala system yang ada pada kita, kita tidak dapat melangkah, dan secara
umum kita bisa mengatakan, tidak seorang pun yang dapat melangkah lebbih jauh
dari itu.”[29]
Problem Islam sesungguhnya di pengaruhi oleh adanya
saling tolak, dan di saat yang sama, saling tarik yang ditimbulkan oleh dua
kekuatan : agama dan peradaban. Problem yang sama di hadapi oleh Kristen masa
awal. Maksud besar agama Kristen adalah mencari kandungan kehidupan spiritual
independen yang, menurut wawasan pendiriannya, dapat ditingkatkan melalui daya
daya alam diluar jiwa manusia melainkan oleh pengngkapan alam baru di dalam
jiwanya. Islam sepenuhnya setuju dengan wawasan ini dan melengkapinya dengan
wawasan yang lebih jauh bahwa pancaran cahaya alam baru yang tersingkap itu
bukanlah sesuatu yang asing bagi dunia materi tetapi benar benar merasukinya
dari ujung ke ujung.
Dengan demikian, peneguhan ruh yang di cari oleh agam
Kristen bukan dicapi dengan menolak daya daya eksternal yang telah dirasuki
iluminasi ruh, melainkan melalui penyesuaian hubungan manusia dengan berbagai
daya tersebut, selaras dengan cahaya yang diterimanya dari dunia batin.
Sentuhan misterius dari yang ideal-lah yang menghidupkan dan menopang sesuatu
yang nyata (the real), dan hanya
lewat perantaranya kita dapat menemukan dan meneguhkan yang ideal. Di dalam
Islam, sisi yang ideal dan yang real bukanlah dua daya berlawanan yang tidak
dapat di damaikan. Kehidupan yang ideal tidak terdiri atas pemutusan total
dengan yang real hingga bisa menghancurkan keseluruhan organic kehidupan
menjadi pertentangan – pertentangan yang perih. Kehidupan ideal terdiri atas
upaya tiada akhir dari yang ideal untuk mengatur yang real dengan tujuan yang
akhir penyerapannya, mengubahnya menjadi dirinya sendiri dan menyinari
keseluruhan wujudnya. Pertentangan tajam antara subjek dan objek, antar yang
bersifat matematis di luar diri dan yang biologis di dalam, merupaka sesuatu
yang telah mencirikan ajaran Kristen. Sebaliknya, Islam menghadapi pertentangan
itu dengan maksud mengatasinya.
Perbedaan pokok dalam melihat relasi fundamental ini
menetukan sikap masing – masing agama besar terhadap problem kehidupan manusia
dalam lingkungannya saat ini. Yang ideal dan yang real sama sama menuntut
peneguhan diri spiritual di dalam manusia. Bedanya, Islam, dengan mengakui
hubungan langsung antara yang ideal dan yang real, mengatakan ‘ya’ pada dunia
materi[30]
dan menunjukan jalan untuk menguasainya dengan maksud menemukan landasan bagi
pengaturan hidup yang realistis.
Selanjutmya, bagaimanakah karakter alam semesta yang kita
tempati ini menurut Al-Qur’an? Pertama tama, alam semesta di ciptakan untuk
tujuan main main.
Dan
kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya
dengan bermain main. Kami tidak menciptakan keduannya itu melainkan dengan haq;
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami. (Qs. Al-Dukhan [44] :38-39).[31]
Alam semesta ini adalah realitas yang harus direnungkan :
Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam dan siang, terdapat
tanda tanda bagia orang orang yang berakal. Mereka mengingat Tuhan ketika
berdiri, duduk, berbaring serta merenungkan penciptaan langit dan bumi, itu
seraya berkata : Ya Tuhan kami! Tidaklah Engkau menciptakan hal ini dengan sia
sia.”(Qs. Ali’imran [3] :190-191)
Lalu alam
semesta disusun sedemikian rupa sehingga ia mampu berkembang
Dia
(Allah) menambahkan kepada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. (Qs Fathir
[35] : 1)[32]
Alam semesta bukanlah hal yanga kedap, produk yang sudah
selesai, yang tidak bergerak dan tidak berubah. Jauh dalam wujudnya yang paling
dalam, mungkin, tersimpan impian akan sebuah kelahiran baru :
Katakan
Jelajahilah bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan itu,
Kemudian Allah menjadikannya ciptaan lain.(Qs. Al-Ankabut[29]:20)
Sebenarnya ayunan dan tarikan alam semesta yang penuh
rahasia ini, peredaran zaman yang diam diam menjelma di depan kita, umat
manusia ini, sebagai peredaran siang dan malam, dipndang oleh Al- Qur’an
sebagai tanda tanda yang paling agung atas keberadaan Tuhan;
Tuhan
memutarkan peredaran siang dan malam, di situlah terdapat pelajaran bagi mereka
yang luas pandangannya.(Qs. Al-Nur [24:4-4)
Inilah mengapa Nabi Muhammad SAW bersabda :”janganlah memaki waktu, karena waktu adalah
Tuhan.” Keagungan waktu dan ruang inilah yang membawa janji penaklukan oleh
manusia yang tugasnya merenungkan tanda tanda Allah, dan dengan demikian
menemukan cara cara merealisasikan penguasaanya atas alam sebagai fakta actual;
Tidakkah
kalian meliihat bahwa Tuhan telah menundukan bagi kalian segala yang ada di
langit dan bumi dan ia telah menyempurnakan untuk kalian karunia-Nya yang lahir
dan batin (Qs. Lukman [31:20)
Dan
Dialah yang telah menundukan bagian malam dan siang, matahari dan bulan dan
juga bintang – bintang telah ditundukkan untuk mu atas perintah-Nya . Disitulah
terhadap suatu tanda bagi mereka yang berakal(Qs. Anhl [16 :12)
Jika demikian sifat dan janji alam tersebut, bagaimanakah
cirri manusia yang berhadapan dengannya dari segala seginya? Dilengkapi dengan
berbagai daya paling serasi yang saling menyesuaikan, manusia menemukan dirinyajauh
dibawah neraca kehidupan, dikelilingi dari segala penjuru oleh berbagai
kekuatan penghalang.
Kami
menciptakan manusia dalam bentuk yang seindah indahnya; kemudian kami
menurunkan kembali ketingkat yang serendah rendahnya.(Qs. At-tin [95];4-5)
Lalu bagaimanakah kita menjumpainya dilingkungan Alam
seperti ini? Seosok makhluk yang gelisah [33] yang hanyut dalam cita citanya sampai
melupakan segalanya yang mampu menyakiti dirinya dalam upaya mencari ruang
ruang baru ekspresi diri. Dengan segala kekurangannya itu, manusia masih lebih
tinggi dari Alam selagi ia membawa amanah agung dalam dirinya yang dalam
ungkapan Al-Quran , langit dan bumi pun enggan memikulnya.
Kamilah
yang menawarkan amanah itu kepada langit dan bumi, serta gunung gunung. Tetapi
mereka enggan memikul dan takut menerimanya . Maka manusialah yang memikulnya ;
tetapi ia memang zalim dan bodoh (Qs. Al- Ahzab [33;72)
Sudah tentu
riwayat hidup manusia memiliki awal, namun ia mungkin ditakdirkan menjadi
unsure permanen dalam susunan wujud :
Apakah
manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan
begitu saja? Bukankah ia berasal dari setitik mani yang di pancarkan
(kedalam rahim)/ kemudian ia menjadi segumpal darah, lalu dibentuk dan di
sempurnakanlah ia. Lalu dijadikan ia oleh-Nya sepasang sepasang alkia laki dan
perempuan bukankah Tuhan yang mampu menghidupkan mayat mayat.(Qs.
AL-Qiyamah[7;36-40)
Ketika ditarik oleh daya-daya sekitarnya, manusia sanggup
membentuk dan mengarahkan mereka; saat dihempaskan, dia mampu membangun dunia
yang lebih luas di dalam batinnya sendiri, tempat dimana dia menemukan
sumber-sumber kegembiraan ddan inspirasi yang tiada terhingga. Nasibnya memang
berat dan wujudnya memang lemah, laksana setangkai daun mawar, tapi tak ada
sosok realitas yang begitu kuat, begitu menginspirasi, dan begitu indah seperti
ruh manusia! Maka itu, pada wujud manusia yang paling dalam, seperti yang
digambarkan pada Al-Qur’an, ada aktifitas kreatif, sebuah ruh yang membumbung
tinggi, bergerak maju, bangkit dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.
Maka
seungguhnya Aku (Allah) bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan Demi
malamdan apa yang disekubungnya. Dan demi bulan bila sedang purnama,
sesungguhnya pasti kalian akan melalui dari satu tingkat ketingkat yang lain
(an-Insyiqoq[84]16-19)
Sudah nasib
manusia untuk mengambil bagian cita- cita yang lebih dalam dari alam sekitarnya
dan membentuk nasibnya sendiri sebagaimana juga nasib alam semesta, dengan
terus menyesuaikan diri dengan daya daya alam dan mengerahkan seluruh energinya
guna memola segenap daya itu untuk kepentingan dan tujuannnya sendiri. Dalam
proses perubahaan yang progresif ini, Tuhan menjadi “rekan kerja” manusia,
asalkan manusia mengambil inisiatifnya:
Sesungguhnya Tuhan tidak akan
mengubah nasib seatu kaum, sehingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.
(Ar-Rad [13]:11)
Jika
manusia tidak mengambil inisiatif, tidak mau mengembangkan kekayaan batinnya,
berhenti merasakan dorongan di dalamnya untuk menunjukkan kehidupan, maka ruh
di dalam dirinya akan mengeras membatu dan derajatnya terperosok sampai
ketingkat benda mati. Namun demikian, hidup dan kemajuan ruh nya itu tergantung
pada terbangunnya hubungan – hubungan dengan realitas dihadapannya.[34]
Pengetahuanlah yang membangun hubungan- hubungan itu, dan pengetahuan merupakan
pengindraan yang dijabarkan oleh pemahaman.
Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirmankepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikanseorang
khalifah dimuka bumi, ‘ mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
menyucikan Engkau”Tuhan berfirman :
sesungguhnya aku mengetahui apa yang tida kamu ketahu.”Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama seluruhnya.kemudian mengemukakanya kepadapara malaika lalu berfirma : “sebutkanlah kepada
ku nama nama benda itu jika kamu memang orang orang yang benar!’ mereka
menjawab : Maha Suci Engkau , tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah Ynag Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana. Allah berfirma : Hai Adam, beritahukanlah kepada meereka
nama nama benda ini” Makla setelah diberitahukannya kepada mereka nama nama
benda itu.” Allah berfirma : Bukankah sudah ku katakana kepada mu bahwa
sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetaui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (Qs. Al-Baqarah [2]:30-33)
Maka ayat
ayat di atas adalah bahwa manusia di anugrahi kemampuan menamai benda – benda,
yaitu bentuk konsep konsep. Dan
membentuj konsep konsep berarti menangkap mereka. Jadi, sifat pengetahuan
manusia ialah konseptual. Dengan bersenjatakan pengetahuan konseptual inilah,
manusia mendekati aspek Realitas yang bisa di amati. Ciri khas yang patut
dicatat dari Al –Qur’an adalah penekanannya pada aspek realitas yang bisa di
amati. Izinkan saya mengutip beberapa ayat dari Al –Qur’an berikut ini:
Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bhtera yang berlayar dilaut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) –nya
dan Dia sebarkann di bumi ini segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi, Sungguh terdapat tanda tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memahami (akal).(Qs. Al-Baqarah [2]:164)
Dan diialah yang menjadikan bintang
bintang bagi mu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan didarat dan
dilaut. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda tanda kebesaran kami, kepada
orang orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang
diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Dan sesungguhnya
telah kami jelaskan tanda tanda kebesaran kami kepada orang orang yang
mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lau kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh tumbuhan , maka kami keluarkan
dari tumbuh tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai
tangkai yang menjulai, dan kebun kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanbuahnya diwaktu pohonya
berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangan. Sesungguhnya yang pada demikian
itu ada tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi orang orang yang beriman. (Qs.
Al-Anam [6] :97-99)
Apakah kamu tiadak memperhatukan
(penciptaan) Tuhanmu , bagaiman Dia memanjangkan dan memendakkan baying baying
dab kalau Dian menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap baying baying itu,
kemudian Kami jadikan matahari sebagaipetunjuk atas baying baying itu. Kemudia
kamimenarik baying baying itu kepada kami dengan tarikan yangperlahan lahan.
(Qs. Al- Furqan[25];45-45)
Tidakkah
mereka lihat , bagaiman unta itu diciptakan? Ke arah langit, bagaiman
aditinggikan? Kearah gunung gunung, bagaimana ditegakkan? Kearah bumi, adanya
berbagia bahan danwarna kulit . di dalam semua itu terdapat tanda tanda bagi
mereka yang berpengetahuan. 9Qs, Al-Rum[30];22)
Tak diragukan
lagibahwa tujuan langsung AL-Quran dari pengamatan reflektif terhadap Ala mini
adalah membangkitkan kesadaran manusia bahwa Alam itu symbol. Tetapi, poin yang
harus diperhatikan ialah sikap umum AL-Quran yang empiris guna menanamkan
perasaan hormat dalam diri pengikutnya terhadap yang actual dan puncaknya
mebuat mereka menjadi penemu penemu sains modern. Memang tujuan agungnya ialah
membangkitkan semangat empiris manusiadi zaman yang telah menafikan niali dari
kenyataan yang tampak dalam usaha mencari Tuhan.
Menurut AL Quran, seperti yang telah disebutkan, alam
semesta ini mempunyai satu tujuan yang sangat serius. Beragam aktualitasnyab
yang terus bergeser memaksa wujud kita memasuki formasi formasi baru . upaya
intelektual mengatasi rintangan rintangan alam, disamping memeperkaya dan
menguatkan hidup, juga mem,pertajam pandangan kita, dan dengan demikian
mempersiapkan kita lebih untuk mahir menyelami segi segi pengalaman manusia yanglebih
subtil. Hubungan reflektif kita debngan benda benda temporal itulah yang
melatih kita memperoleh visi intelektual mengenai yang non tem[oral.REalitas
hidup dalam tampilan tampilannya sendiri. Manusia yang harus memelihara
hidupnya dalam lingkungan yang penuh halangan tidak bisa mengabaikan hal hal
yang terlihat oleh mata.
Al Quran membuka mata kita pada fakta agung perubahan,
yang hanya dengan menghargai dan mengendalikannya kita bisa menegakkan
peradaban yang berkelanjutan. Kebudayaan asia, dan sebenarnya kebudayaan
seluruh zaman purba, telah mengalami kegagalan, sebab mereka mendekati
realitas semata mata dari dalam diri dan
berpindah dari dalam menuju luar. Cara ini member mereka teori tanpa kekuatan,
dan di atas pijakan teori semat tak ada peradaban berkelanjutan yang dapat
ditegakkan.
Tak Syak lagi, perlakuan terhadap pengalaman religius
sebagai sumber pengetahuan ilahiah secara historis lebih dahulu ada dari pada
perlakuan terhadap segenap bidang pengalamnan manusia lain untuk tujuan yang sama.
Sembari mengakui bahwa sikap empiris adalah tahapan yang tak dapat disampingkan
dalam kehidupan spiritual manusia. Al Quran menganggap semua bidang pengalam
manusia sama pentingnya sebagai buah pemgetahuan tentang realitas tertinggi
yang menyikapkan symbol simbolnya di
dalam dan di luar batin.
Carav tidak langsung dalam berhubungan dengan realitas
dihadapan kita ialah pengamatan dan pengendalian reflektif terhadap symbol
simbolnya ketika menyingkapkan dirinya
dalam pengindraan sementara cara langsungnya ialah berhubungan dengan realitas
tatkala menyikapkan dirinya di dalam batin. Naturalism Al Quran hanyalah
pengakuan atas afakta bahwa manusia berkaitan dengan alam . kaitan ini, di
pandang dari segi kemungkinannya sebagai cara mengendalikan daya daya alam.,
harus di manfaatkan bukan dengan niat jahat untuk mendominasi melainkan dengan
niat luhur untuk mempercepat laju gerak kehidupan spiritual yang bebas. Dalam
rangka mendapatkan visi lengkap tentang realitas maka cerapan inrawi harus
diperkaya dengan apa yang oleh al quran disebut sebagai fuad atau qalbu yaitu
hati.
(Tuhanlah) yang
mmebuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari sari
pati air yang hina (mani) . kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam
tubuh-Nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran ,
penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali besyukur. (Qs. Al-Sajdah [32]
7-9)
Hati adalah sejenis intuisi atau wawasan batin dalam kata
kata indah Rumi, hidup dari sinar matahari dan membawa kita bersentuhan dengan
berb agai aspek realitas selain yang sudajhhterdedah bagi pencerapan indrawi.
Menurut Al Quran , hati merupakan suatu yang melihat dan hasil penglihatanya
jika ditafsirkan secara tepat tidak pernah salah. Tetapi kita tidak boleh
menganggap sebagai kemampuan khusus yang misterius. Ia adalah sebenarnya modus
hubungan denagn realitas dimana pengindraan, dalam artian fisiologisnya tidak
beperan apapun. Jadi pemnadangan pengalaman yang terbentang dihadapan kita
setelah itu sama riil dan konkret nya dengan pengalaman lainnya.
Menggambarkannya sebagai bersifat piskis, mistik, atau supernatural tidak
menguramgi nilainya sebagai pengalaman.
Bagi manusia primitive semua pengalaman bersifat
supernatural. Di dorong oleh kebutuhan kebutuhan primer hidup, dia terdesak
menafsirkan pengalamnay, dan darintafsirannya ini berangsur angsur timbuk kata
Alam dalam arti yang kita pahami . keseluruhan realitas , yangmemasuki
kesadaran kita dan muncul dalam penafsiran sebagai fakta empiris, mempunyai
cara cara lain untuk menjajah kesadaran kita dan menawarkan banyak peluang
penafsiran. Literature wahyu dan mistik umat manusia memberikan bukti melimpah
akan fakta bahwa pengalaman religius begitu berkelanjutan dan dominan dalam
sejarah manusia sehingga terlampau sulit untuk begitu saja ditolak sebagai
ilusi.
Kelihatnya tidak ada alasan untuk menerima tingkat
pengalaman normal manusia sebagai fakta dan menolak tingkat tingkat pengalaman
lain sebagai mistik dan emosional. Fakta fakta pengalaman religius adalah
bagian dari fakta fakta pengalaman manusia dan dalam kapasitas nya untuk
menghasilkan pengetahuan melalui penafsiran, fakta yang satu setara bagusnya
dengan fakta yang lainnya. Sepertinya juga tidak ada alasan untuk menduga bahwa
penyelidikan kristis atas bidang pengalaman manusia ini sebagai sikap tak
menghargai. Nabi Muhammad SAW adalah penyelidik kristis pertama terhadap gejala
psikis. Imam Bhukari dan para perawi hadits lain telah memberikan keterangan
yang jelas kepada kita tentang observasi Nabi Muhammad SAW terhadap masalah
psikis pemuda Yahudi, Ibnu Sayyad. Saat pemuda itu dalam keadaan ekstatis, Nabi
tertarik memperhatikannya.Nabi menguji menanyai, dan penyelidikannya dari
berbagaib suasana batin (mood) pemuda tersebut. Sekali waktu nabi pernah
bersembunyi disebalik batang pohon untuk mendengarkan komat kamit pemuda itu.
Tetapi Ibu pemuda tersebut memberiyahukan bahawa Nabi ada didekat tempat itu.
Kemudian pemuda itu pun segera mengubah sikapnya dan Nabi berkata : Andai ia
(ibunya) membiarkan dirinya seorang diri , persoalan ini menjadi jelas .
Beberapa orang diantara para sahabat nabi juga turut hadir ketika terjadi
peristiwa pbsevasi psikologi pertama dalam sejarah islam ini. Bahkan para ahli
hadits yang ealkangan, yang telah dengan hati hati sekali mencatat peristiwa
penting itu, sama sekali salah paham akan betapa pentingnya sikap Nabi ini dan
menafsirkannya menurut cara cara mereka sendiri yang polos.
Prof. Macdonald, yang tampaknya tidak mengetahui
perbedaan psikologis yang fundamental antara kesadaran mistik dan kesadaran
profetis. Menganggap gambaran tersebut’cukup lucu’ seorang Nabi mencoba
menyelidiki orang lain sesuai dengan metode yang ada dalam society for psychical research’. Apresiasi yang lebih baik tentang
ruh Al-Quran seperti yang akan ditujukkan dalam pemaparan berikutnya. Yang
sudah memprakarsai gerakan budaya yang berujung dengan lahirnya sikap empiris
modern, boleh jadi yang mengarahkan sang professor melihat sesuatu yang sangat
menarik dalam obsevasi Nabi terhadap keadaan psikis pemuda Yahudi tersebut.
Tetapi, sungguhpun begitu, Muslim pertama yang dapat memahami maksud dan nilai
tindakan Nabi itu adalah Ibnu Khaldun, yang mendekati kandungan kesadaran
mistik dengan semangat yang lebih kristis dan nyaris sekali mencapai hipotesis
modern tentang tentang diri diri sublime.
Seperti yang dikatakan oleh prof. Macdonald, Ibnu Khaldun
mempunyai gagasan gagasan psikologis yang sangat menarik dan kemungkinaa akan
sangat sesuai dengan gagasan gagasan William James yang tertuang dalam Varieties of Religius Experience psikologi
modern baru baru ini saja memahami arti penting studi yang akurat tentang
kandungan kesadaran mistik, dan kita belum memiliki metode ilmiah yang efektif
untuk menganalisis kandungan modus modus kesadaran non rasional. Dengan waktu
yang saya miliki, tidaklah mungkin mengadakan penyelidikan yang meluas tentang
sejarah serta berbagai tingkat kesadaran mistik dari segi kekayaan dan
kecemerlangannya. Apa yang bisa saya lakukan hanyalah mengemukakan pengamatan
secara umum seputar karakteristik-karakteristik utama pengalaman mistik.
1. Butir pertama yang patut dicatat ialah
bahwa pengalaman mistik bersifat langsung. Dalam hal ini ia tidak berbeda
dengan tingkatan tingkatan pengalaman manusia lainnya yang memaspk data bagi
pengetahuan. Semua pengalaman adalah langsung. Sebagai mana bidang bidang
pengalaman yang normal tunduk pada penafsiran data indrawi demi memperoleh
pengetahuan tentag dunia eksternal, begitu juga bidang pengalaman mistik tunduk
pada interpretasi demi memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Kelangsungan
pengalaman mistik berarti bahwa kita mengenal Tuhan sama seperti kita mengenal
objek objek lain. Tuhan bukan lah entitas matematis atau system konsep konsep
secara timbale balik berkaitan satu dengan lainnya dan tidak ada hubungannya
dengan pengalamnnya.
2. Butir kedua adalah bahwa keseluruhan
pengalaman mistik tidak dapat dianalisis. Manakala saya mengalami meja di depan
saya, data pengalaman yang tidak terhitung banyaknya menyelinap menjadi satu
pengalaman saja, yaitu tentang meja tersebut. Dari sekian banyak data itu, saya
memilih yang sesuai dengan tatanan ruang dan waktu tertentu dan membungkusnya
dalam cuan atas meja. Dalam suasana mistik, sekaya dan secemerlang apapun ia,
pikiran sudah direduksi ketitik terendah sehingga analisis tidak mungkin
adanya. Namun, perbedaan suasana mistik dengan kesadaran suasana rasional ini
biasanya tidak berarti terputus dengan kesadarn normal, sebagai,ana telah di kemukakan
secara keliru oleh prof. William James. Suasana mistik dan kesadaran rasional
berasal dari realitas yang sama yang sedang beroperasi kepada kita. Kesadaran
rasional biasanya, dengan tujuan kebutuhan praktis kita untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan sekeliling, mengambil realitas itu secara sepotong sepotong.,
memilih secara berturut turut himpunan stimulus yang terpisah sebagai respons.
Suasana mistik itu membawa kita berhubungan dengan saluran realitas total,
dimana berbagai macam stimulus bercampur baur
antara satu dengan yang lain dan membentuk kesatuan yang tidak dapat di
analisis sehingga tidak lagi perbedaan umum anatara subjek dan objek.
3. Butir ketiga adalah bahwa bagi seorang
mistiskus, suasana mistik merupakan momen persentuhan intim dengan diri lain
yang unik, dalkam keadaan melampui, mencakupi, dan menekan sesaat keperibadian
privat pelakupengalaman tersebut. Ditinjau dari kandungannya , suasana mistik
sangat objektif sehingga tidak bisadianggap hanya sebagai undur diri dalam
kabut subjektivitas murni. Tapi, anda akan bertanya ke[pada saya bagaimana
pengalaman langsun g dnegan Tuhan, sebagai diri lain yang independen itu
menjadi mungkin.fakta semata yang mengatakn bahwa keadaan mistik itu pasif pada
akhirnya juga tidak bisa membuktika tentang ‘kekainan’m (otherness) dari diri
yang dialami. Pertanyaan ini muncul dalam pikiran karena kita menduga, tanpa
kritik, bahwa pengetahuan kita tentang dunia eksternal melalui cerapan indrawi
merupakan tipe seluruh penegtahuan. Jika memang demikian, kita tidak akan dapat
memastikan realitas diri kita sendiri. Walhasil, untuk menjawab itu, saya
mengusulkan pemakaian analogi dari pengalaman sosial kita sehari hari.
Bagaimanakah kita biasa mengenal pikiran pikiran orang lain dalam hubungan
sosial kita? Jelas bahwa kita mengenal diri kita sendiri dan Alam masing masing
dengan refleksi batin dan pengindaran. Kita memiliki indra untuk mengalami
pikiran lain. Satu satunya dasar pengetahuan saya tentang wujud yang
berkesadaran yang ada didepan saya, hanyalaah geraka gerakan fisik yang sama
dengan gerakan gerakan fisik saya
sendiri, yang dari situlah saya mengambil kesimpulan adanya suatu wujud
lain yang berkesadaran. Atau kita dapat menyatakan, berdasar pendapat prof. Royce,
bahwa kawan kawan kita diketahui sebagai riil karena mereka merespon sinyal
sinyal yang ada pada kita, dan dengan demikian secara teratur memasok pelengkap
yang dibutuhkan bagi pemaknaan pemaknaan kita yang fragmentaris. Respons, tak
ayal lagi, adalah ujian terhadap kehadiran diri yang berkesadaran . Al-Quran
pun agaknya mengemukakan pendapat yang sama.
Dan Tuhanmu berfirman :berdoalah
kepadaku niscaya akan ku perkenankan bagimu. (Qs. Al-MUkminun[40]:60)
Dan apabila hamba hambaku bertanya
kepadamu tentang aku, maka (jawablah)
bahwasanya, Aku adalah dekat . Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada ku(Qs. Al-Baqarah [2];186)
Jelaskan bahwa emntah kita pakai criteria fisik atau
criteria non-fisik dan lebih memadai dari criteria Royce, hasilnya sama saja
bahwa pengetahuan kita tentang pikiran orang lain masih bersifat inferensial
belaka. Namun, begitu, kita merasa bahwa pengalaman kita tentang pikiran
pikiran orang lain bersifat langsung dan tidak pernah menyiompan ragu ragu
terhadap realitas pengalaman sosial kita. Tetapi, dalam taraf penyelidikan kita
saat ini, saya tidak bermaksud membangun
di atas dasar implikasi implikasi pengetahuan kita tentang pikiran pikiran orang lain,
suatu argument idealistis untuk membuktikan realitas diri yang menyeluruh (comprehensive self). Saya hanya ingin
menegaskan bahwa kelangsungan pengalaman kita dalam keadaan mistik bukanlah
tanpa padanan. Keadaan mistk mempunyai beberapa kemiripan dengan pengalaman
normal kita dan mungkin saja ia memilki kategori yang sama.
4. Karena kualitas pengalaman mistik
dialami langsung, maka jelas tidak dapat dikomunikasikan. Keadaan keadaan
mistik lebih bersifat perasaan daripada pikiran. Penafsiran yang
dihubungkandengan sang mistikus atau nabi terhadap kandungan kesadaran religius
dapat disampaikan kepada pihak lain. Dalam bentuk proposisis- proposisi , namun
kandungan keadaan mistik tidak dapat begitu saja dipindahkan. Maka itu, dalam
ayat ayat berikut ini Al Quran memyampaikan psikologis keadaan mistik dan bukan
kandungannya.
Dan tidak ada bagi seorang manusia
pun bahwa Allah berkata kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu di
wahyukan kepadanya dengan seizing-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagiMaha Bijaksana . (QS.asyura[42];51)
Demi bintang ketika terbenam
Kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan pula tidak keliru
Dan
yang diucapkannya itu All Quran bukanlah menurut kemauan hawa
Nafsunya.
A
quran itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), Yang di
ajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Yang
mempunyai akal yang cerdas, dan jibril itu menampakan diri dengan rupa yang
asli.
Sedang
ia berada diufuk yang tinggi.
Kemudian
dia mendekat , lalu bertambah dekat lagi
Maka
jadilah dia dekat (pada Muhammad sejenak) dua ujung busur tanah atau lebih
dekat (lagi)
Lalu
dia menyampaikan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang telah Allah di wahyukan.
Hatinya
tidak mendustakan apa yang telah dilihatnay
Maka
apakah kamu (musrikin mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah
dilihatnya
Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat
jibril itu(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.
(yaitu)
di pohon sidrah dekat perbatasan.
Didekatnya
adanya surge tempat tinggal
(Muhammad
melihat jibril) ketika pohoin sidroh diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatnya(Muhammad) tidak paling dari yang dilihatnya itu dan
tidak pula melampuinya.
Sesungguhnya
ia telah melihat sebagian tanda tanda(kekuasaan) Tuhannya yang palin besar
(QS,Al-Najm [53]:1-18)
Ketakmungkinan pengkomunikasian pengalaman mistik itu
lantaran fakta bahwa ia secara esensial adalah masalah perasaan yang tidak
terucapkan, tak tersentuh olrh intelek diskursif. Namun, diperhatikan juga
bahwa perasaan mistik, seperti semua jenis perasaan, juga memilki unsur
kognitif. Saya meyakini karean bahwa adanya unsure kognitif inilah maka persaan
mistik member kemungkinanuntuk diekspresikan kedalam ide. Memang menjadi sifat
perasaan untuk mencari ekspresidalam pikiran.
Rupa rupa nya keduanya
perasaan dan ide merupakan aspek aspek non temporal dan temporal dari satuan
pengalaman batin yang sama. Tetapi dalam hal ini, saya tidak bisa melakukan
yang lebih baik dari pada prof. hocking yang telah mengadakan studi yang kukuh
dan penting tentang perasaan sehingga memberikan pandangan kebenaran pandangan
intelektual mengenai kesadaran religius.
Apa ini selain dari pada perasaan yang mungkin menjadi
akhir dari perasaan? Saya jawab: kesadaran objek, perasaan adalah ketidak
stabilan keseluruhan diri yang sadar, dan apa yang memulihkan stabilitas diri
ini tidak terletak dalam dirinya melainkan diluarnya.perasaan adalah dorongan
luar sebagaimana ide adalah laporan luar. Dan tak ada perasaan yang begitu buta
sehingga ia tidak mempunyai ide akan objeknya sendiri. Tatkala perasaan
menguasai pikiran, bersamaan dengan itu , sebagai bagian integral perasaan,
terdapat pula sekelumit ide akan sesuatu yang bisa menghentikan perasaan
tersebut . perasaan tanpa suatu tujuan adalah sma tidak mungkinnya dengan aktivitas
tanpa arah dan arah mengimplikasikan sasaran. Memang ada tingkat tigkat
kesadaran yang masih kabur dimana kita tampaknya samasekali tanpa arah,tapi
beberapa kasus seperti itu, menariknya perasaan juga dalam keadaan menganggur . sabaga contoh saya mungkin mengalami rasa
pusing akibat suatu pukulan, apa mengerti apa yang terjadi dan tidak pula
merasa sakit , namaun saya sadar bahwa sesuatu yang terjadi, pengalaman
menunggu ewaktu di celah kesadaran tidak sebagi perasaan tapi murni fakta,
sampai ide menyentuh dan menemukan arah tanggapan. Setelah itu barulah pukulan
itu teasa menyakitkan. Jika kita benar, maka perasaan dan ide kita menjadi sama
sama kesadaran objektif:ia selalu mengacu pada suatu diluar diri yang hadir dan
tak memiliki eksistensi kecuali mengarahkan diri menju objek yang dengan
kehadirannya perjalanan perasaan itu harus berakhir!.
Demikianlah, anda lihat bahwa karena sifat esensial
karena perasaan yang seperti itu, maka sekalipun agama dimulai dengan
pertasaan, dalam sejarahnya ia tidakk pernah bmenampilkan dirinya semata mata
sebagai masalah perasaan dan terus menerus mengupayakan metafisika. Celaan
mistikus pada intelek sebagai organ pengetahuan sesungguhnya tidak menemukan
justifikasi dalam sejarah agama. Tetapi pasase professor hocking yang baru kita
kutip memilki lingkup yang lebih luas ketimbang sekedar member justifikasi
tentang ide dalam agama. Hubungan organis antara ntra perasaan dan ide menuntaskan pedeatan teologis lama
tentang whyu velbal yang telah menimbulkan kegelisahan pemikir muslim. Perasaan
yang takterucap memenuhi kodratnya dalam ide yang, pada giliranya, condong
menampilkan dirinya dalam busana yang terlihat. Bukan sekedar metapora jika di
katakan bahwa ide dan kata itu lahir serentak dari rahim perasaan, sekalipun
pemahaman logis didak bisa tidak membawanya dalam urutan temporel dan
karenanya menimbulkan kesulitan
tersendiri dengan anggapan bahwa ide dan kata saling berpisah. Padahal
kata-kata /redaksi al-quran juga termasuk yang di wahyukan.
5. pertalian intim mistik dengan realitas kekal yang memberinya kesan akan
ketaknyataan waktu sebagai rangkaian saat-saat yang berurutan (serial time)
bukan berarti keterputusan waktu dengan waktu serial. Meskipun untuk,
pengalaman mistik bagai manapun tetap berhubungan dengan pengalaman umum. Ini
tampak jelas dari fakta bahwa keadan mistik itu segera pudar, sesunguhnya iya
meningalkan dnyut otoritas yang mendalam setelah berlalu. Baik mistikus ataupun
nabi kembali kepada tingkat-tingkat pengalaman normal, seperti yang saa akan
jelaskan nanti, tapi dengan perbedaan dengan kembalinya nabi ( ketingkat
pengalaman normal) dipenuhi dengan tekad pengabdian yang tak terbatas pada umat
manusia. Dengan demikian untuk tujuan –tujuan pengetahuan, willayah pengalamn
mistik ini sama nyataya dengan pngalaman manusia lain dan tidak dapat
dikesampingkan hanya lantaran pengalaman mistik itu tidak dapat dilcak balik
kepada penycerapa indrawi. Dengan demikian pula tiak mungkin orang membuang
nilai ruhani keadaan mistik dengan merincikankondisi-kondisi organik yang
mendeterminasinya. Sekiranya postulat sikologi moderen tetang saling sengkarut
antara tumbuh dan pikiran itu diangap benar, maka yetaplah tidak logis
meremehan nilai keadaan mistik itu sebagai pengungkap kebenaran. Secara
sikologis, semuatingkat pengalaman, apakah kantungan nya bersipat relijius atau
tidak, sebenarnya dideterminasikan secara organik. Bentuk pikiran yang
saintifik dan relijius sama-sama di determinasikan secrara organik. Penialian
kita akan karya-karya jenius pada kenyataan nya samak sekali tidak ditentuka
atau bahkan sedikit sekali dipengarusi apa yang dikatakan oleh ahli-ahli
pisikologi berkenan kondisi-kondisi organiknya pembawaan twrtentu boleh jadi
merupakan kondisi yang diperlukan bagai jenis penerimaan taua ilmu tertent tapi
kondisi sebelim itu tidak bisa menyikap kebenaran utuh dasi sipat sesuatu yang
diterimanya sebenarnyan, sebab akibat organik darikeadaan-keadaan mental kita
tidak bersngkutan dengan keriteria yangkit apakai untuk memutuskan tingi
rendahnya nilai keadaan-keadaan mental tersebut. Kata frop wiliemjams,
Diaantara sekian
banyak pisi dan pesan, sebagaiannya selalu saja konyol, diantara sekian banyak
keadaan terans dan serangan kompusip sebagianya terlalu tak membuahkan perilaku
dan karak teruntuk selalu diangap memiliki arti penting, apalagi sebagai
sesuatu yang bersipat ilahiyah. Dalam sejarah mistisisme kersiten, maslah
bagaimana membedakan antraberbagai pesan
dan pengalaman yang benar-nbenar mukjikjat ilahi dan sebagian ai yang merupakan
tipuan setan yang justru membuat orang relijius tadi menjadi duakali lfat ahli
neraka dari pada keadaan sebelumnya, senangtiasa sulit untuk dipecahkan. Dan
membutuhkan kefaaran dan pengalam para pengendali kesadaran yang terbaik. Pada
akhirnya, ini harus berujung denfan keriteria empirisisi kita: melalui buah nya
kau mengrenalinya dan byian melalui akarnya \
Masalah mistisisme keristen yang disindir propesor jams
itu sesunguh nya adalah semua masalah mistissisme. Setan memang memasukan
beragam pengalaman yang merasuki lingkaran kesadaran mistik. Seperti kita baa
daam al-quran:
Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan
tidak pula seorang nabi, melainkan apa bila iya mempiunyai seatu keinginan,
setan pun memasukan godaan-godaan terhadap keinginan itu, alah menghilang kan
apa yang di msukan setan itu, dan alah mengiatkan ayat-ayat nya, dan allah
mahamenetahui dan maha bijaksana. (qs. Surah alhaj ayat 52).
Dan dengan lenya[nya gangguan syean pada yang Ilahi
itulah para pengikut Freud telah melakukan pelayanan yang tak terkia bag agama,
meskipun terpaksa harus saya katakan bahwa teori pkok psikologi yang lebih baru
ini baggi say atidak didukug oleh bukti yang tidak memadai.Kalau influs-influs
liar kita merasuki mimpi-mimpi kita, atau d waktu lain ita tidak benar-benar
menjadi diri sendiri, maka itu tudak berarti bahwa influs-influs itutrus
terkungkung dalam semaam gudang barang rongsokan di belakang diri normal.
Serangan sesekali influs-influs yang tertekan terhadap wilayah diri normal
kitalebih cenderung memeperlihatkan kerunttuhan sesaat sistem respons kita yang
biasanya ketimbng kehadiran kekal mereka dalam suatu sudt gelap pikiran kita.
Alhasil, teori psikologi yang lebih baru itu ringkasnya sebagai berikut. Selama peross pnyusunan kita dengan keadaan
sekeliling, kita dihadapkan dengan berbagai macam rangsangan.Respons lajim kita
terhadap rangsangan-rangasanagn ini berangsur-angsur masuk dalam suatu sistem yamg
relatif tetap, terus menerus tumbuhh dalam kekompleksan melalui penyerapan
sebagian influs dan penolakan sebagian lain yang idak sesuai denan sistem
respons kita yang permanen. Influs yang tertolak itu susut ke dalam apa yang
kita sebut “wilayah di luar kesadaran” Dari pikiran kita, dan disitula ia
menunggu kesempatan untuk mendesakkan diri dan membalas dendam pada diri yang
utama (focal slip). Infus-influs bawah sadar itu dapat mengganggu
rencana-rencana aksi kita, merusak pikiran kita, membangun impian dan potensi
kita, atau menyeret kita ke dalam bentuk-bentuk perilaku primitif yang sudah
jauh ditinggalkan oleh peroses evolusi.
Agama, menurut teori ini, adalah piksi murni yang
diciptakan oleh implus-implus manusia yang tertolak dengan tujuan menemukan
semacam dunia antah berantah agar bisa bergerak bebas tampa halangan
menurutbya, kepercayan-kepercayaan, dan dogma-dogm agama tidak lebih dari pada
teori-teori primitip tentang alam, yang dngan manusia berupaya memoles realitas
dari keburukan elementlnya dan memajanganya sebagai seuatu yang lebih dekat
dengan kehendak hati ketibag hal yang di benaran oleh pakta-pakta hidup yang
ada.
Bahwa ada agama
dan corak-corak kesenian yang menyediakan jalan pelarian dari pakta-pakta
hidup, tidak saya sangkal. Yang saya akan pertahan kan iyalah bahwa sifat itu
tidaklah berlaku bagi semua agama. Takaya lagi, kepercayaan-kepercayan dan
doga,dogma agama mempunyai ignifikan si meta fisik tapi jelas sudah bahwa seluruh dogma dan kepercayaan itu
bukan penapsiran-penapsiran dari data pengalam yang tunduk pada ilmu-ilmu Alam.
Agama bukanlah kimia atau fiika yang mencari penjelasan alam dari sebab-akibat.
Agama sebetul nya bertujuan menafsirkan suatu wilayah pengalaman manusia yang
sama sekali berbeda, yakni pengalaman relgius yang datang nya tidak dapat
direduksi menjadi data ssain yang mana pun. Bahkan, dalam hakkat nya, demi
bersikap adil pada agama harus dikatakan bahwa agama menekan kan penting nya
pengalaman kongkrit dalam kehidupan jauh sebelum sain melakukan nya. Komplik
antara gama dan sain tidak terletak pada pakta bahwa yang satu didasarkan
pada pengalaman konkrit dan yang lain
tidak. Keadaan nya sama-sama mencari pengalaman kongkrit sebagai titik
berangkat. Komplik antara keduanya timbul karena adanya salah satu pengertian
bahwa keduanya menafsirkan data pengalaman yang sama. Kita tau bahwa agama itu
bertujuan mencapai ignifikasi nyata suatu ragam khusus pengalaman manusia.
Tidakah pula munkin menyjabarkan kandungan kesadaran
relogius dengan menimpakan seluruh masalah pada kerja implus seks. Kedua bentuk
keadaran itu seksul dan religius konsep permusuhan, atau sepenuh nya berbeda
satu dengan yang lain nya dari segi sifat, tujuan, dan jenis perbuatan yang di
lahirkan. Sebenarnya, pada sewaktu tingkat gairah agama kita mengetahui
realitas faktual diluar lingkaran sempit peribadi kita. Bagi seiang ahlo
pisikologi, gaiirah agama itu niscaya tampak sebgai kerja bawah sadar lantaran intensitas nya
menguncangkan titik terdalam kita. Dalam semua pengetahuan terdpat unsur
kegairahan, dan objek pengetahuan berolah atau kehilangan objektivitas seuai naik turunya intensitas gairah. Itulah
yang laing nyata bagai kita, yang mengerakan keseluruhan suasana keperibadian
kita. Seperti dengan tegas dikatakan oleh propesor hocking.
Jika
pada sewatu ketika seorang atau sonto tertimpa ebuah visi yang menyerap
hidupnya dan hidup kita keberbagai galur baru, maka itu bisa terjadi hanya
karena visi Itu memungkinkan jiwanya dimasuki invansi pemenuhan
keabadian yang konkrit. Visi yang demikian itu sudah tentu juga berarti
kesiapan bawah sadar da resonasi bawah sadar tapi perluasan sel-sel udara yang tidak terpakai tidak
membuktikan bahwa kita berhenti menghirup udara luar justru sebaliknya.
Oleh
karena itu, metode psikologi murni tidak dapat menjelaskan gairah agama sebagai
suatu bentuk pengetahuan. Metode seperti itu pasti mengalami kegagalan dalam
kasus psikologi mutakhir sebagaimana juga dalam kasus Loke dan Hume.
Alhasil, perbincangan di atas tentu mengandung pertanyaan
penting dalam benak anda. Pengalaman religius, yang telah saya coba
pertahankan, pada dasarnya adalah tingkat perasaan yang memiliki segi kognitif,
yang kandungannya tidak bisa dikomunikasikan dengan orang lain, keuali dalam
bentuk penilaian. Sekarang, manakala penilaian yang diklaim sebagai penafsiran
wilayah tertentu pengalaman manusia, yang tidak bisa saya akses, diletakan di
depan saya untuk persetujuan saya, maka saya berhak bertanya, apakah yang
menjadi jaminannya ? apakah kita mempunyai pengujian yang akan menyingkap
kesahihannya ?
Kalau pengalaman personal adalah satu-satunya dasar yang
sama ini ada untuk menerima penilaian jenis ini, maka agama bakal menjai milik
segelintir individu belaka. Beruntunglah kita memiliki beberapa pengujian yang
tidak berbeda dengan yang diterapkan pada bentuk-bentuk pengetahuan lain.
Inilah yang saya sebut sebagai pengujian intelektual dan pengujian pragmatis.
Maksud saya dengan penujian intelektual ialah penafsiran kritis tanpa
perasangka tentang pengalaman manusia pada umumnya untuk menjawab apakah penafsiran
kita ini pada puncakya membawa kita ada relitas yang sewatak dengan realitas
pengalaman yang religius. Pengujian pragmats menilai pengalaman religius
berdasarkan hasil-hasilnya. Pengujian pertama dipakai oleh filusuf dan yang
belakangan di pakai oleh nabi. Dalam kuliah selanjutnya saya akan menerapkan
pengujian intelektual.
[1] Menurut
kamus filsafat lorens bagas: Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan,
gagasan, fakta, bayangan, konep, atau kebijakan). Semua kehadiran intensional
objek dalam subjek. Istilah pengetahuan yang di ungkap oleh filosof
(weigel)membedakan antara pengetahuan autentik dan inautentik . yang pertama
berhubungan dengan pengetahuan ruhani batiniyah, dan hal-hal yang ekternal. Pengetahuan
bisa didapat melalui indrawi dan ruhani, tingkat pengetahuan 1.pengetahuan pra
ilmiyah dan ilmiyah 2. Pengetahuan esensial 3. Pengetahuan istimewa 4.
Pengetahuan lansung 5. Pengetahuan indrawi.
teori pengetahuan a. Menkup baik penelitian-penelitian pisikologis
tentang terjadinya pengetahuan dan hakikatnya maupun setudi keritis pengenai
keahlian pengetahuan. b. Sama dengan setudi keritis mengenai pengetahuan.
[2] Hal yang
terlewati didalam kehidupan baik melalui indra ataupun intuisi dan berbagai hal
yg berkaitan dengan manusia (exsternal maupun nternal)
[3] Pengembalian
seperti semuala, menyusun (penggambaran) kembali. Kberarti kalau merekontruski.
Melakukan rekontruksi
[5] Menurut
kbi otoritas adalah: hak melakukan idakan atau hak membuat pelaturan untuk
memerintah orang lain.
[6] Kognitif:
Berhubungan dengan atau melibatkan kognisi/berdasar kepada pengetahuan faktual
yang empiris, kbbi. Sumber lain: kognitif adalah persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal)
[7] Alfread
north whitehead, (lahir di ramasgate, ken, ingris, 15 febuari 1861 meningal di
temlat:citi-state, amerika serikat. 30 desember 1947 pada umur 860) adalah seorang matematikawan ingris yang
menjadi filusuf . ia menulis tetang aljabar, logika, dasar matematika, filusuf
ilmu pengetahuan, fisika matafisika dan pendidikan.
[10]
Ditengah-tengah sekali kbbi
[11] asy’ariah adalah
madhab teologi islam, yg disarkan kepada omam abdul haan a-asy’ari (w.324 h/936
m). asy’ariahmengabil dasar keyakinan nyan dari kullabiyah yaitu abu muhammad
bin kullab dalam meyakini sifat-sifat allah. Kemudian mengedepankan akal
(rasional) diatas tekstual ayat (nash) dalam memahami al-quran dan al-hadits. Wikipedia
[13] Aliran
yang mementingkan akal dan merendahkan hal yang materi, istilah ini prtamama
kali di ungkapkanoleh leibniz pada awal abad 18.
[15] (i’tazala
anna: memisakan diri) munil dari bahasa
irak pada abad 2 h. Kelahiranya bermula dari tindakan wasil bin atha( 700-750),
berpisah dari gurunya hasan al-basri karena perbedaan pendapat. Wiki
pedia.
[16] Imanuel
kant, lahir di konigsbreg, kerajaan perusia, 22 apriil 1724 meningal di konigsbreg, kerajaan prusia, 12 febuari 1804
pada umur 79, (kota itu sekarang bernama
kaliningrad di rusia) kebangsaan jerman, era filsafat abad ke-18,
aliran, kantianisme filsafat pecerahan.
Kant ini memperngaruhi hampir semua filsafat barat. Wikipedia
[17]
Rasionalisme, adalah salah satu aliran filsafat, yang meyakini bahwa kebenaran
itu harus didapat dengan rasional ( melalui pembuktian, logika, dan analisis
yang berdasarkan pakta. Yang menentang kaum empirisme (kaum ini berpendapat
bahwa kebenaran harys dudapat dengan indra/ pengalaman). Rasonalisme ini
mempunuai kemiropan dengan golongan humanisme dan atheisme,
[18]
Segala sesuatau yang berhubungan denga etika atau sopan satun. kkbi
[19]
Hanya mementingkan manfaat. kamus kbbi,id
[20]
Abu muhammad bin muhammad al-ghozali ath-thusi asy-syafei’i (nama panjang nya )
lahir di thus iran pada 1058 / 450 H menngal di thus iran 1111 / 14 jmadil
akhir 505 H; umur 52-53 tahun. Ia adalah seorang filosof muslm.
[21] Yang
bersifat analisi. kbbi
[22] Dalam
keadaan diam, tidak berubah, kbbi
[23] Mudah
menesuaikan. Kbbi
[24] Bersifat
semetara. kbbi
[25]
Bersifat khussus, kbbi
[26]
Lauh
Mahfuzh (Arab:لَوْحٍ مَحْفُوظٍ) adalah kitab tempat Allah menuliskan
segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam
semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak
13 kali. Diantaranya iyalah; Induk Kitab (أم
الكتاب, Ummu al-Kitab), Kitab yang Terpelihara (كِتَابٍ
مَّكْنُونٍ, Kitabbim Maknuun).
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),...(Al-Waaqi'ah, 56:78. Kitab yang Nyata (كِتَابٍ
مُّبِينٍ, Kitabbim Mubiin).
Kitab yang Nyata (كِتَابٍ مُّبِينٍ, Kitabbim Mubiin). Gambaranya; Menurut syariat Islam, Allah telah
mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh Mahfuzh, dari permulaan zaman
sampai akhir zaman. Baik berupa kisah nabi dan rasul, azabyang menimpa suatu kaum, pengetahuan tentang wahyu para nabi dan
rasul, tentang penciptaan alam semesta dan lain-lain.
Sekalipun jika kita tidak melihat segala sesuatu, semua itu ada dalam Lauh
Mahfuzh.
Wujud Lauh Mahfuz yang diyakini oleh
para sahabat adalah sebidang papan atau tulang yang biasa
ditulisi. Papan dan tulang itu hanya disebut lauh jika sudah
ditulisi.
Lauh Mahfuzh akan kekal selamanya
karena ia termasuk makhluk yang abadi,
selain Lauh Mahfuzh makhluk abadi ada 'Arsy, surga, neraka dan lain-lain. Tempat para jin mencari berita; Allah telah menjadikan Lauh Mahfuzh ini sebagai tempat
untuk menyimpan segala rahasia dilangit dan di bumi. Jin dari
golongan setan akan
berusaha untuk mencuri segala rahasia yang tertulis di dalamnya untuk
menipu manusia. Disamping itu, mereka juga memiliki
tujuan untuk memainkan aqidah manusia.
Sebab itu Allah melarang manusia untuk mengetahui ramalan nasib,
karena peramal itu dibantu oleh jin dan jin itu
akan membisikkan hasil curian itu kedalam hati peramal. Jika ada setan yang
berusaha mencuri berita, maka malaikat penjaga
Luh Mahfuzh akan melemparkan bintang ke
arah pencuri berita tersebut, pelemparan ini yang kadang-kadang kita lihat
dengan adanya bintang jatuh atau meteor. dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan
bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi
orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan
yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar
(dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (Al Hijr 16 –
18). Tidak banyak diketahui tentang
Lauh Mahfuz dan para ulama jarang
menjabarkannya dengan detail, karena ia adalah urusan alam ghaib/ rahasia
Allah. Dalam Al-Quran pun, Luh Mahfuz di sebut secara
sepintas saja, tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebagai contohnya dalam satu
peristiwa yang amat bersejarah, ahli tafsir menyatakan Luh Mahfuz disebut
berkaitan dengan Nuzul
Al-Quran dari Luh Mahfuz ke Baitul Izzah (langit
dunia) secara sekaligus yang terjadi dalam bulan Ramadhan.
Sayaa ambil dari Wikipedia